INDONESIA

TBC Tipe Resisten Obat Mengancam Asia Pasifik

"Para ahli memperingatkan, penyakit TBC yang resisten terhadap obat telah menjadi masalah di kawasan Asia Pasifik."

Jemima Garrett Radio Australia

TBC Tipe Resisten Obat Mengancam Asia Pasifik
Asia, TBC, kesehatan, obat, Radio Australia

Para ahli memperingatkan, penyakit TBC yang resisten terhadap obat telah menjadi masalah di kawasan Asia Pasifik.


Mereka mendesak Pemerintah Australia memimpin Negara-negara di kawasan agar secara komprehensif menanggulangi masalah ini. 


Jemima Garrett dari Radio Australia menyusun laporannya. 


Penyakit TBC yang resisten terhadap obat membutuhkan masa pengobatan selama dua tahun dan biayanya lebih besar dari biasanya.


Dalam Jurnal Medis Australia, empat ahli TBC memperingatkan kawasan Asia Pasifik telah menjadi rumah bagi lebih dari setengah TBC yang resisten terhadap obat di dunia dan ini terus menyebar. 


Dr Ben Marais dari Institut Penyakit Menular dan Biosekuriti Marie Bashir di Universitas Sidney adalah satu penulis dalam jurnal tersebut. 


“Saya tidak bisa memikirkan tantangan kesehatan yang lebih besar. Resistensi terhadap obat secara umum di semua bakteri dan virus untuk kawasan Asia Pasifik. Terutama TBC harus menjadi perhatian, karena penyakit ini menyebar melalui udara. Dan kita memiliki populasi yang padat di seluruh Asia Tenggara yang sangat rentan. Ini pasti akan menjadi salah satu tantangan terbesar.”


Penulis utama, Dr Suman Majumdar dari Pusat Kesehatan Internasional di Institut Burnet, Melbourne mengatakan, tantangan TBC yang resisten terhadap obat ini sama dengan penyebaran dan dampak dari infeksi HIV pada 1980an. 


“Kedua penyakit ini memiliki efek yang cukup buruk bagi kehidupan dan sistem kesehatan. Kisah HIV luar biasa. Ketika muncul, membunuh ribuan orang dan kini telah membunuh jutaan orang tiap tahun. Respons internasional sebenarnya sudah sangat luar biasa.”


Sayangnya, respon global terhadap TBC tidak sebesar HIV. 


Jurnal Medis Australia memperingatkan, tanpa tambahan dana satu jutan orang di dunia akan tewas sebelum akhir 2016. 


Dr Marais menilai, selama ini TBC tidak pernah dilihat sebagai penyakit yang menarik.  


“Kita tahu banyak stigma yang melekat pada pasien TBC. Tapi ada juga stigma politik yang membuat Negara tidak mau berbuat lebih terhadap penyakit ini. Ini dipandang tidak baik. Ini bukan sesuatu yang ingin mereka bicara secara umum, karena mencerminkan ketidaksiapan Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Kami tahu, program TBC kekurangan dana, terutama bagi TBC yang resisten terhadap obat. Tidak ada satu pun Negara di kawasan ini telah mengalokasikan dana yang memadai, sebagian besar dana diperoleh dari dunia internasional. Sedangkan komitmen dalam negeri sangat kurang.”


Para dokter memperingatkan, TBC berpotensi memengaruhi sistem kesehatan di Negara-negara Asia Pasifik.


Mereka menyerukan agar respon regional yang terkoordinir dan Australia harus memainkan peran utama, seperti yang dijelaskan Dr Majumdar. 


“Kami ingin pemimpin di berbagai daerah memprioritaskan penyakit ini. Untuk mengatasi penyebaran penyakit ini perlu pemetaan dan pertimbangan yang hati-hati. Langkah pertama adalah komitmen untuk menatakan ‘lihat kami punya masalah di sini.’ Australia perlu memfasilitasi, berinvestasi mengembangkan alat-alat baru dan penelitian, juga berkontribusi terhadap pelaksaaan yang sedang berlangsung. Sangat penting untuk melakukan keduanya bersama-sama. Isu lain yang lebih luas adalah mengeksplorasi pembiayaan, mengurangi peyakit, pengadaan obat dan mekanisme control lintas Negara. Kami pikir pertemuan puncak regional dan koordinasi diperlukan.”


  • Asia
  • TBC
  • kesehatan
  • obat
  • Radio Australia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!