INDONESIA

Soal Laut Cina Selatan, Filipina Ajukan Bukti Sengketa ke Pengadilan Arbitrase

"Palawan terletak paling dekat dengan laut yang disengketakan itu."

Soal Laut Cina Selatan, Filipina Ajukan Bukti Sengketa ke Pengadilan Arbitrase
Filipina, Laut Cina Selatan, Tiongkok

Pasukan komando bagian barat di Palawan bertugas untuk melindungi pulau di Laut Cina Selatan yang tengah disengketakan. 


Salah satunya adalah Ayungin Shoal, sebuah pulau karang yang terletak 105 mil dari Palawan. 


Letnan Jenderal Rustico Guerrero adalah bekas Panglima Komando Barat. 


“Peran WesCom dalam ini adalah memantau teman-teman kami di wilayah tersebut yang berada di bawah perintah komando saya. Kami melapor kepada pimpinan nasional sebagai bentuk penghargaan. Yakinlah bahwa kami tidak akan meninggalkan Ayungin…”


Sembilan prajurit baru saja kembali dari tugas mereka menjaga pulau sengketa Ayungin Shoal atau yang diklaim Tiongkok dengan sebutan Jen-ai’Chiao.


Letnan Marinir Mike Pelotera adalah pimpinan pasukan yang menjaga pulau Shoal lima bulan belakangan ini.


Mereka bertugas di atas sebuah kapal laut tahun 70’an.


“Kapal ini dibeli dari Amerika Serikat pada 1976. Kemudian dinon-aktifkan pada 1999, jadi sudah lebih dari satu dekade. Kondisinya sangat buruk dan berkarat.”


Pasukan militer Tiongkok jauh lebih besar dibanding Filipina.


Bahkan, kapal-kapal militer yang mereka gunakan untuk menjaga territorial laut Cina Selatan jauh lebih canggih, ujar Letnan Pelotera. 


“Strategi gertakan yang biasa mereka pakai untuk menakut-nakuti kami adalah membunyikan klakson kapal dengan sangat dengan keras. Bunyinya sangat mengganggu dan memekakan telinga. Selain itu mereka mengejar atau memblokade jalan kami sehingga kami tidak bisa masuk.”


Filipina mengatakan, klaim Tiongkok terhadap perbatasan laut bertentangan dengan konvensi PP tentang hokum laut internasional. 


Filipina berharap, Pengadilan Arbitrase Internasional berpihak pada mereka. 


Para pengamat menilai, langkah itu hanya akan memperburuk keadaan.


Namun, Presiden Beniqno Aquino ke-3 menegaskan arbitrase merupakan langkah terbaik untuk menyelesaikan sengketa ini.  


“Kami konsisten dengan kebijakan perdamaian dan sesuai dengan hukum internasional…Kami juga menghormati kode etik yang berlaku.”


Sementara itu, klaim Cina terhadap perbatasan laut sesuai dengan peta sejarah mengenai kegiatan leluhur mereka 2000 tahun lalu.


Malaysia, Brunei, Vietnam dan Taiwan juga mengklaim territorial Laut Cina Selatan.


Presiden Aquino menegaskan, Filipina tidak memprovokasi Tiongkok.


“Kami sedang pecahkan siapa yang berhak atas apa, apa saja hak dari masing-masing pihak, apa kewajiban dari setiap negara. Kami tidak ingin menantang atau memprovokasi Tiongkok tapi saya yakin bahwa kami memiliki hak untuk melindungi kepentingan negara kami.”


Filipina telah menyerahkan lebih dari 40 peta dan sekitar 4000 dokumen ke pengadilan internasional PBB.


Namun, Tiongkok menolak untuk turut serta dalam pengadilan arbitrase dan memperingatkan Filipina tentang hubungan bilateral kedua Negara yang kemungkinan akan hancur. 


Sementara itu, Pengadilan di Hague baru bisa memutuskan sengketa ini pada akhir 2015.


  • Filipina
  • Laut Cina Selatan
  • Tiongkok

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!