INDONESIA

Kehamilan Remaja di Filipina Meningkat

"Sebuah studi di Filipina menemukan bahwa jumlah gadis remaja yang hamil meningkat dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir."

Kehamilan Remaja di Filipina Meningkat
Filipina, remaja, kehamilan, YAFS, Radio Australia

Sebuah studi di Filipina menemukan bahwa jumlah gadis remaja yang hamil meningkat dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil penelitian nasional menunjukkan, sekitar 14 persen anak perempuan berusia 15-19 tahun hamil untuk kali pertama atau telah menjadi ibu sebelumnya. Sedang pada 2002 tingkat kehamilan remaja hanya sekitar enam persen. 


Florence Au-Yeung dari Radio Australia mewawancarai Dr Josefina N. Natividad, Direktur Institut Populasi Filipina dari Universitas Filipina (UPPI), sekaligus menjabat sebagai Koordinator Penelitian tentang Fertilitas dan Seksualitas (The latest Young Adult Fertility and Sexuality Study - YAFS).


Penelitian YAFS menunjukan bahwa 1 dari tiga remaja berusia 15-24 tahun di Filipina melakukan hubungan seksual di luar perkawinan, dibandingkan 23 persen dari satu dekade lalu. 


Parahnya sekitar 78 persen pemuda tidak menggunakan alat kontrasepsi untuk menghindari penyakit seksual menular. 


Menurut Anda, apakah rendahnya pengetahuan tehadap hubungan seks beresiko ini membuat tingkat kehamilan dini meningkat, seperti 14 persen gadis berusia 15-19 tahun telah menjadi ibu muda di seluruh daerah.


“Saya berpikir bahwa tingginya tingkat kehamilan remaja menunjukan rendahnya pengetahuan mereka tentang konsekuensi atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Saya kira temuan kami mendukung gagasan bahwa kita harus benar-benar meningkatkan pendidikan seks sejak dini dan menyedikan suatu layanan yang dapat melindungi mereka dari dampak yang tidak diinginkan.”


Menurut Anda, terbatasnya akses mereka terhadap pelayanan seksual, terutama bagi mereka yang di bawah umur dan belum menikah itu karena keberatan yang disampaikan Gereja Katolik?


“Kamu tahu, negara ini sangat konservatif dan ada banyak tentangan dari Gereja terhadap anjuran seks aman kepada anak muda, karena ini bertentangan dengan moral. Tetapi tidak ada pendidikan yang dapat melindungi mereka dari aktivitas beresiko ini.”


Pada 2012, Presiden Benigno Aquino menandatangani UU Kesehatan Reproduksi yang membuat akses terhadap pelayanan kesehatan seksual lebih mudah dan mewajibkan pendidikan seks. Namun, Mahkamah Agung menunda pelaksaaan UU ini, setelah Gereja Katolik mengajukan petisi?


“Ini sangat menantang, karena lobi Gereja di Filipina sangat kuat. Oposisi juga sangat kuat, jadi UU itu belum sepenuhnya diterapkan.” 


Saat ini banyak remaja yang aktif menggunakan internet dan ponsel pintar. Satu dan empat remaja mengirim, menerima video porno dari ponsel pintar atau internet dan sekitar empat persen dari mereka bertemu dengan pasangan seksual melalui media on-line. Tanggapan Anda?


“Ya, mereka terpengaruh dengan banyak hal. Seperti yang kami temukan, cukup banyak yang betemu dengan pasangan seksual melalui teknologi, baik internet atau ponsel. Jadi ini cara baru yang sebelumnya tidak ada.”


Menurut Anda apakah mereka juga bisa dipengaruhi lingkungan, seperti kegiatan seorang teman dan apakah ini bisa menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang seks yang aman di luar pendidikan formal? 


“Ya ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Pelibatan anak muda, terutama rekan sekolah, sepertinya mereka dapat mendengarkan orang-orang seusia mereka. Jadi jika kita memiliki program pendidikan sebaya, ini mungkin jadi satu-satunya cara untuk mencapai anak muda. Ini dapat mendukung perubahan.”



  • Filipina
  • remaja
  • kehamilan
  • YAFS
  • Radio Australia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!