INDONESIA

Empat Bulan Pasca Topan Haiyan, Pencarian Korban Hilang Terus Berlanjut

"Empat bulan berlalu setelah angin topan Haiyan menerjang Filipina."

Empat Bulan Pasca Topan Haiyan, Pencarian Korban Hilang Terus Berlanjut
Filipina, Tacloban, Topan Haiyan, Benca Alam, Jason Strother

Empat bulan berlalu setelah angin topan Haiyan menerjang Filipina. 


Kota Tacloban adalah daerah yang mengalami kerusakan paling parah dan diperkirakan 2600 jiwa tewas akibat angin topan tersebut. 

 

Angin Topan Haiyan atau yang lebih dikenal penduduk setempat dengan Yolanda meluluhlantakkan semua rumah di Desa Barangay yang terletak di tepi pantai itu pada 8 November tahun lalu.


Kini penduduk tengah membangun kembali rumah mereka.


Olive Cardenas adalah seorang bidan yang bertugas di desa ini jauh sebelum badai itu menerjang dan hingga kini dia masih bekerja di sana.


“Saat ini penduduk masih berpindah-pindah,dan dalam proses pemulihan. Tapi trauma terhadap angin topan Yolanda masih membekas diingatan mereka, tidak mudah melupakan kejadian itu. Peristiwa yang amat mengenaskan.”

 

Corazon Go yang berusia 56 mengatakan ketinggian air mencapai tiga meter saat itu..


Ia sekarang berdiri di depan tumpukan kayu dan puing tempat rumah kecilnya dulu berdiri. 

 

“Rumah saya tersapu bersih oleh air. Benar-benar rata dengan tanah. Saya tidak punya uang untuk membangun kembali rumah saya dan kini saya hanya bisa menunggu bantuan dari para dermawan.”


Go tidak hanya kehilangan rumah dan barang-barangnya akibat angin topan tersebut. 


Tujuh penduduk Barangay tewas akibat badai dan gelombang pasang, termasuk kedua putrinya.


“Itu adalah saat terakhir kali saya melihat kedua putri saya. Mereka tidak dapat berenang.”


Mereka menemukan jasad putrinya Ellen yang berusia 33 tahun. Sementara jasad anaknya Eden, yang berusia 34 tahun, belum ditemukan. 


Empat bulan setelah angin topan Haiyan melanda, upaya pencarian orang hilang masih terus dilakukan.


 


Anjing-anjing pelacak asal Amerika Serikat telah diterbangkan ke Tacloban bersama tim penyelamat. 


Mereka sangat terampil, khususnya di medan-medan sulit seperti hutan bakau di belakang desa Barangay.


Pelatih anjing bernama Jim Houck  tergabung dalam kelompok Global D.I.R.T.

 

“Para anjing telah dilatih untuk mengendus bau-bau tertentu, Dalam hal ini adalah bau manusia. Mereka telah dilatih untuk itu. Jadi yang mereka lakukan mencari jasad manusia dan saat mereka menemukannya, mereka akan memberikan suatu pertanda seperti menggonggong, duduk atau merebahkan badan mereka.”

 

Ketika jasad ditemukan, tim akan menandai lokasi kejadian dengan garis kuning. 


Tak lama tim penyelamat lainnya akan datang dan mengevakuasi jasad korban.


“Harapan kami adalah saat kami keluar menyisir lokasi, kami tidak menemukan jasad korban. Tapi sayangnya, kami menemukannya. Kami menemukan jasad korban.”


Menemukan jasad korban yang hilang adalah salah satu tantangan bagi Tacloban. 


Tantangan lainnya adalah  mengidentifikasi jenazah yang terkubur bersama-sama dalam kuburan massal akibat topan tersebut.


Dokter-dokter dari seluruh penjuru negeri memeriksa jenazah tersebut dengan harapan dapat mengenali korban sehingga keluarga yang ditinggalkan dapat melanjutkan hidup mereka kembali.


Jenazah-jenazah itu kemudian dibawa ke pusat pemrosesan di pemakanan setempat. Di sana dokter akan mengotopsi jenazah itu untuk mengumpulkan semua materi generik dari jenazah.


Dokter Roberto San Diego adalah ketua tim penyelamat dari Biro Investigasi Nasional.


“Yang kami lakukan pagi ini adalah menggali kuburan di mana 90 jasad terkubur di sana dan saat ini kami mengevakuasi jasad-jasad itu di tenda kami. Pertama kami memeriksa pakaian mereka guna menemukan kartu identitas lalu kami melepaskan pakaian dan tentu saja kami mengambil contoh DNA.”


Sejumlah dokter dari lembaga ini mengatakan proses pemulihan dan identifikasi berjalan lamban karena minimnya sumber daya manusia. 


Mereka mengeluhkan sikap pemerintah Kota Tacloban yang tidak membayar para pekerja.


Bernandita Valenzuela adalah Juru Bicara Walikota Tacloban.


Dia mengklaim pemerintah setempat telah melakukan upaya maksimal, namun untuk dapat bangkit dari angin topan Haiyan tidak mudah.


“Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar dan luas. Upaya pemulihan masih belum cukup. Meski orang-orang dan organisasi penyelamat berdatangan dari luar negeri tetap tidak cukup. Sumber daya kami juga sangat terbatas.”


Kembali ke Barangay, penduduk setempat membangun kembali rumah mereka dan berusaha melanjutkan hidup mereka.


Dan bagi Corazon Go yang hingga kini masih mencari jasad putrinya, ini berarti dia harus mengikhlaskan kepergian putrinya.


“Sudah lebih dari tiga bulan, harapan kami untuk menemukan jasad putri kami telah sirna.”


  • Filipina
  • Tacloban
  • Topan Haiyan
  • Benca Alam
  • Jason Strother

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!