Bagikan:

Desa Bersejarah di Malaysia Terancam Punah oleh Rencana Pembangunan

Kota Penang dan Malaka di Malaysia merupakan salah satu kota di dunia yang dianugerahi UNESCO dengan gelar warisan budaya berkat keunikan mereka.

INDONESIA

Sabtu, 22 Feb 2014 15:04 WIB

Desa Bersejarah di Malaysia Terancam Punah oleh Rencana Pembangunan

Malaysia, Kampung Budaya Chetty, pembangunan, UNESCO, Malaysiakini

Kota Penang dan Malaka di Malaysia merupakan salah satu kota di dunia yang dianugerahi UNESCO dengan gelar warisan budaya berkat keunikan mereka.

Namun desa di Malaka yang berusia 600 tahun itu kini terancam keberadaannya lantaran rencana pembangunan gedung pencakar langit dan proyek jalan tol.

Sekitar 300 orang tinggal di Desa Budaya Chetty, desa yang amat dicintai oleh penduduknya.

Warisan budaya India Selatan sangat kental di sana. Nenek moyang mereka datang ke kampung ini sebagai pedagang.

Sejak itu mereka menikah dengan para penduduk lokal dan memiliki ikatan yang kuat dengan etnis lainnya di Malaysia.

S.K.Pillay salah seorang penduduk desa.
 
“Kami berbaur dengan etnis Tionghoa. Kami juga berbaur dengan etnis melayu dan bahkan para penduduk lokal. Seperti hari di mana nenek moyang kami berbaur dengan keluarga nyonya, baba dan nyonya sendiri.”

Meski banyak generasi muda yang telah berpindah, mereka tetap mempertahankan tradisi mereka dan mendirikan sebuah museum warisan budaya. Hasilnya desa itu menjadi tujuan wisata yang cukup populer.

Namun sebuah rencana pembangunan mengancam keberadaan desa tersebut.

Sebuah kondominium 22 lantai dan sebuah jalan baru yang berjarak 100 kaki dari desa itu tengah dibangun oleh sebuah perusahaan swasta.

Pemerintah berjanji, proyek tersebut tidak akan memengaruhi keberadaan desa bersejarah itu.

Namun para penduduk meragukan janji tersebut.

“Bayangkan saja gedung tinggi dengan 22 lantai jaraknya 3 blok dari sebuah kuil yang sangat tua. Dibangun pada awal tahun 1800-an dan dekat dengan desa. Kami dapat meramalkan bahwa segera setelah bangunan itu terpancang, atmosfer desa akan menghilang.”

Sejak 2012 mereka menentang rencana pembangunan itu…

Perseteruan itu mencuri perhatian media nasional ketika sebuah kelompok sastra memberikan dukungan dan menggelar acara untuk mereka.

Uthaya Sankar adalah seorang aktivis sastra.

“Kami tidak ingin diam saja, kami membuat kegaduhan dan kegaduhan bukan hanya dalam bentuk demonstrasi saja. Kami akan mengerahkan seluruh kekuatan kami sehingga suara penduduk didengarkan.”

Meski para penduduk adalah keturunan India Selatan tapi Malaysia adalah rumah mereka.

Kembali S.K.Pillay.

“Ada yang mengatakan pulang saja ke India tapi kami tidak punya siapa-siapa di sana. Kami juga tidak tahu India seperti apa. Kami tidak punya hubungan dara dan tidak ada tempat yang bisa menampung kami. Desa kami adalah Malaka, hanya ini yang kami miliki.”

Dan kini desa bersejarah itu dikelilingi oleh dinding logam berwana biru dan kontruksi pembangunan gedung itu terus berlanjut.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 20

Kabar Baru Jam 7

Kabar Baru Jam 8

Kabar Baru Jam 7

Kabar Baru Jam 8

Most Popular / Trending