INDONESIA

Cara Kartunis Pakistan Menghindari Tudingan Penghujatan

Cara Kartunis Pakistan Menghindari Tudingan Penghujatan

Aksi protes disertai kekerasan berlangsung di Pakistan dan seluruh dunia menanggapi gambar Nabi Muhammad yang dimuat Majalah Satir Prancis, Charlie Hebdo.

Pemerintah menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan aksi demonstrasi dekat Konsulat Prancis di Karachi. Akibatnya fotografer AFP asal Pakistan terluka.

Tapi sebenarnya Pakistan sendiri sejarah panjang soal kartun politik.

Khaliq Khan sedang sibuk membuat kartun tentang krisis BBM. Karyanya dipublikasikan di Koran berbahasa Urdu ternama di Pakistan, Jang.

“Ada banyak isu besar di seluruh dunia yang bisa digambar. Yang harus disoroti misalnya korupsi, inflasi dan kemiskinan,” kata Khaliq Khan.

Khan bercerita saat belajar di sekolah Islam, dia diajarkan tidak boleh menggambar manusia karena itu adalah hal yang salah. Tapi itu tidak menghentikannya untuk mulai menciptakan gambar kartun sejak dia berusia 16 tahun.

Dia telah menjadi kartunis profesional selama 20 tahun tahun dan pernah tiga kali meraih penghargaan sebagai kartunis terbaik di Pakistan.

“Tapi saya tidak menyentuh isu agama karena itu isu yang sensitif. Semua agama harus dihormati dan mereka seharusnya tidak dijadikan lelucon dalam kartun,” tambahnya.

Pakistan punya hukum penghujatan yang ketat yang bisa berujung hukuman mati.

Pada November tahun lalu, pasangan Kristen disiksa dan dibakar hingga meninggal di tempat pembakaran batu bata setelah dituduh menghujat Nabi Muhammad. Dan negara itu punya banyak kasus pembunuhan seperti ini.

Meski sudah berhati-hati, Khan pernah diserang ketika dia menggambar kartun satir tentang seorang tokoh agama terkemuka yang menutup toko kaset.

“Tahun lalu, aktivis kelompok agama terbesar di sini mengepung rumah saya selama dua hari karena mereka tidak suka dengan karikatur tentang pemimpin mereka. Kartunis selalu berada di belakang layar dan tidak tampil di muka umum seperti para reporter. Tapi ada cara lain mengancam kartunis,” kata Khan lagi.

Dia mengatakan saudara dari tokoh agama itu terus melecehkan karyanya.

Rafique Ahmed atau Fieca juga seorang kartunis ternama. Dia bekerja di Koran berbahasa Inggris ternama, Dawn. Kartun terbarunya tentang Charlie Hebdo yang melempar bumerang yang kemudian terbang kembali ke arahnya.

Fieca yakin majalah itu salah karena menghubungkan kekerasan dengan Nabi Muhammad.

“Saya tidak pernah menggambar kartun Nabi. Saya tidak tahu apa yang mereka pakai 1500 tahun lalu karena saat itu belum ada kamera. Sulit untuk menggambarkan tradisi dalam Islam. Dalam karikatur Charli Hebdo, pakaian yang digunakan seperti para teroris. Saya kira ini tidak mewakili Islam,” jelas Fieca.

Tapi Fieca mengatakan dia tidak takut untuk menggambar teroris atau kelompok militan seperti Taliban Pakistan.

“Saya tahu apa yang bisa atau tidak untuk digambar, dan bagaimana cara menggambarnya. Saya lebih memilih isu yang terkait masyarakat seperti kekurangan BBM, soal gas, inflasi atau pendidikan. Tentu saja teroris juga terkait masyakat karena itu saya juga menggambarnya,” tambahnya.

Tidak ada serikat pekerja yang mewakili para kartunis di Pakistan. Meski sudah bekerja selama 20 tahun sebagai kartunis terbaik Pakistan, Khaliq   Khan, hanya menerima gaji sekitar Rp6 juta per bulan.

“Kartunis bukan pekerjaan yang mendatangkan banyak uang. Tidak ada anak muda yang bergabung dalam profesi ini. Tapi kami harus tetap melakukan pekerjaan ini. Salah satu alasannya karena di usia kami sekarang, sulit cari pekerjaan baru,” tutur Khaliq Khan.

  • Pakistan
  • kartunis
  • penghujatan
  • Charlie Hebdo
  • Naeem Sahoutara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!