Tambak-tambak yang dikelola Growpal, kata pemuda 24 tahun ini, merupakan bisnis perikanan go online. Berbasis aplikasi, Growpal mencari investor untuk kemudian urunan minimal Rp500 ribu per orang. Uang yang terkumpul itu, nantinya bakal membiayai proposal usaha yang diajukan petani ikan. Istilah bisnis itu disebut crowd investing.
“Di sini, biasanya kami peruntukkan untuk petani ikan yang mengajukan proposal agar bisa didanai. Namun kami perlu pastikan apakah supply chain sudah terbentuk, performa 1-3 tahun seperti apa, baru ditentukan siap atau tidak online di Growpal,” ujar Paundra menjelaskan.
“Nah untuk crowd investing, biasanya para petani ikan sudah punya aset berupa tanah, seperti kincir, terpal,” sambungnya.