Lima belas seniman memperingati hari kemerdekaan ke-71 RI dengan menggelar pameran di Balai Budaya Jakarta (12- 19 Agustus 2016) dengan tajuk “Holopis Kuntul Bariz.” Gedung yang berada di Jalan Gereja Theresia 47, Menteng, Jakarta yang tampak lelah dan tua itu berlawanan dengan semangat, kreativitas dan keindahan yang ditunjukkan lukisan dan karya instalasi di sana. Pada tulisan tentang pameran yang berjudul “Indonesia 71 Tahun di Balai Budaya Jakarta,” Sri Warso Wahono menulis: “Sungguh nikmat dilakoni ketika kemerdekaan, atau katakanlah raga kemerdekaan bisa ditempatkan sebagai laku basic kreativitas. Ketika kelangsungan berekspresi dilambari oleh taksu. Oleh gereget jiwa. Jadi tak harus berlebihan, misalnya dengan menuntut sumbangsih subsidi, anggaran rutin kegiatan seni, atau fasilitas lain yang, sesungguhnya (mutlak) penting demi menjaga eksistensi dan nilai-nilainya. Balai Budaya Jakarta untunglah, sempat “lahir” menjadi “ibu kandung” para seniman Indonesia.
Balai Budaya Jakarta dalam sejarahnya menjadi rumah bagi karya seniman besar diantaranya: S. Sudjojono, Affandi, Zaini, Nashar, Mohtar Lubir, WS Rendra, hingga Soekarno, presiden pertama RI.
Balai Budaya menurut dokumen yang ditemukan pada 2004 di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, disebutkan kepemilikan gedung ini di bawah Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan. Saat ini kondisi gedung memprihatinkan dengan atap yang bocor, dan kerap kebanjiran.