BERITA

Ketika Ali Imron Bertemu Korban Bom Bali

Ketika Ali Imron Bertemu Korban Bom Bali

Dua kamera disiapkan di dalam ruangan, di penjara narkoba di Polda Metro Jaya, Jakarta, pagi itu. Tak lama, seorang laki-laki masuk. Perawakannya agak gempal. Bajunya warna abu-abu. Perawakannya tampak bersih. 

Dia adalah Ali Imron. Dia adalah salah satu anggota tim inti aksi serangan bom Bali tahun 2002. Ia bertugas sebagai peracik dan pengolah bahan peledak menjadi bom, yang kemudian diledakkan di luar bar Sari Club di Pantai Kuta. Tiga orang pelaku serangan ini adalah Amrozi, Ali Gufron dan Imam Samudra - ketiganya dijatuhi hukuman mati dan sudah dieksekusi. Ali Imron sendiri adalah terpidana seumur hidup. 

Selama sesi wawancara berlangsung, Ali Imron tampak tenang. Sesekali terlihat bersemangat dan sangat ekspresif ketika bercerita soal kawan-kawan lamanya yang masih suka berkunjung dan mengajaknya kembali ke jalur terorisme. Dia menolak. Ali Imron memilih untuk membantu polisi membongkar jaringan terorisme. 

Bukan pilihan yang tanpa resiko. "Saya masih dapat ancaman dibunuh. Darah saya katanya halal," kata Ali Imron. 

Usai wawancara khusus dengan Ali Imron, ia bersiap pindah ruangan. Di dalam ruangan lain sudah menunggu Jan Laczynski, Nyoman Rencini dan Ni Luh Erniati - semuanya adalah korban bom Bali tahun 2001 lalu.  Ali Imron tampak tenang berjalan menuju ke ruangan tersebut. Sempat tertegun sejenak di depan pintu. 

"Ini kali pertama saya bertemu langsung dengan korban."

Lantas mereka duduk berhadapan. Ali Imron di sisi kiri, sementara para korban ada di hadapannya. Setiap orang mendapat kesempatan untuk bertanya. 

Dan pertanyaan yang diajukan mereka kepada Ali Imron: mengapa?

Mengapa ia harus mengebom?

Mengapa ia tak menghentikan mobil meski tahu kalau bisa ada korban yang juga orang Indonesia dan Muslim?

Mengapa ia tak kuasa melawan kelompoknya?

Tunggu penjelasan Ali Imron dalam seri berikutnya dari serial Hikayat Jihadi. 

  • DRL

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!