Liburan akhir tahun ini mesti dilewati dengan prihatin. Kalau biasanya kita memilih liburan ke gunung atau ke pantai, sekarang dua-duanya susah. Bumi sedang bergejolak, berdampak tak hanya ke pantai tapi juga ke gunung. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menyatakan, Gunung Agung di Bali meletus akibat tekanan berlebih hasil akumulasi gas vulkanik. Gunung tersebut sekarang ditetapkan berada pada status siaga. Suasana tak kalah prihatin datang dari pantai pasca tsunami di Selat Sunda. Hotel di Anyer dan sekitarnya yang biasanya panen wisatawan, kini harus gigit jari. Sejumlah hotel bahkan membatalkan perayaan tahun baru dengan musik dan pesta kembang api yang biasanya gegap gempita.
Tsunami di pesisir Banten dan Lampung serta sebelumnya gempa di Lombok ikut juga menyisakan PR pemulihan wisata di sana. Pengalaman erupsi Gunung Agung di Bali tahun ini memperlihatkan dampaknya yang serius pada pariwisata. Kementerian Pariwisata sudah mengatakan destinasi wisata bakal segera dipulihkan dari bencana. Begitu juga tenaga kerja dan pemasarannya. Karena itu patut diapresiasi langkah Kementerian Pariwisata yang bakal memberi relaksasi di Bidang keuangan bagi industri pariwisata ke bank.
Target industri pariwisata tahun depan sangatlah besar: 20 juta wisatawan dan devisa 240 triliun rupiah . Pariwisata bahkan ditarget untuk memberikan kontribusi 15 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB). Secara umum, masih banyak destinasi wisata yang butuh perbaikan di sana-sini dan ini akan ditopang dengan investasi sekitar 205 triliun rupiah. Ditambah lagi dengan situasi pasca bencana, tenaga dan biaya yang dikerahkan tentu mesti lebih besar lagi. Artinya, pengembangan 10 destinasi ‘Bali Baru’ harus juga menghitung aspek antisipasi bencana supaya industri pariwisata betul-betul bisa jadi topangan.