OPINI

Menunggu yang Tak Pasti

"Di jajaran penyidik KPK pun Novel bukan satu-satunya yang menghadapi tekanan. Rumah aman KPK diserang, penyidik diculik dan lainnya, meski tak semuanya muncul ke permukaan."

KBR

Novel Bawedan
Novel Baswedan (Foto: Antara)

Kata orang menunggu itu hal yang paling membosankan. Berapa lama Anda bersedia menunggu sesuatu yang tak pasti?

Coba tanyakan itu pada penyidik KPK Novel Baswedan.  Kemarin adalah hari ke-500 setelah peristiwa penyiraman air keras ke wajahnya. Selama 500 hari Novel tak hanya  menunggu. Ia berobat, juga pergi ke sana ke mari memperjuangkan kasusnya. Berupaya agar kasusnya tak berhenti dan menguap begitu saja.

Novel tak punya pilihan untuk bosan. Karena setiap hari kondisi mata Novel seolah mengingatkan kalau kasus belum usai. Di jajaran penyidik KPK  pun Novel bukan satu-satunya yang menghadapi tekanan. Rumah aman KPK diserang, penyidik diculik dan lainnya, meski tak semuanya muncul ke permukaan. Kita perlu melihat ini dalam konteks yang lebih besar. Ini bukan penyerangan terhadap Novel atau penyidik belaka, tapi penyerangan terhadap pejuang antikorupsi. 

Agustus tahun lalu, Presiden Joko Widodo  menulis di Twitter: kasus Novel Baswedan harus dituntaskan. Tetiba kita teringat pada Susilo Bambang Yudhoyono, yang kala itu masih Presiden, menyebut kasus tewasnya aktivis HAM Munir sebagai 'a test of our history'. Nyatanya, ada  tembok menjulang. Dan entah harus menunggu sampai kapan. 

 

  • KPK
  • Novel Baswedan
  • Joko Widodo
  • Susilo Bambang Yudhoyono

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!