OPINI

Jiwa

"Kekerasan bahkan ditemukan dalam panti rehabilitasi, tempat di mana mereka seharusnya mendapat perawatan. Sebanyak 35% menjadi korban pasung, 6 kasus di antaranya anak-anak."

Ilustrasi: Pengidap gangguan kejiwaan Dipasung
Ilustrasi: Pengidap gangguan kejiwaan Dipasung

Masa depan dunia bisa jadi suram jika kita gagal merespon masalah kesehatan jiwa.  Komisi Lancet melaporkan peningkatan masalah gangguan kesehatan mental di setiap negara. Beban penyakit ini meningkat drastis dalam 25 tahun terakhir. Jika dibiarkan, masalah gangguan mental diprediksi bakal membebani ekonomi global hingga USD 16 triliun pada 2030. Laporan itu diterbitkan sebelum pertemuan tingkat menteri kesehatan mental pertama di London pekan ini.

Tapi alih-alih berinvestasi untuk mengatasi masalah tersebut, orang dengan gangguan mental di banyak negara  justru mengalami pelanggaran HAM- termasuk belenggu, pasung,  penyiksaan, dan pemenjaraan. Tak terkecuali di Indonesia.

Stigma, diskriminasi  dan kekerasan terhadap orang dengan gangguan kesehatan mental tak berkesudahan. LBH Masyarakat menemukan sedikitnya 159 orang mengalami berbagai bentuk kekerasan pada 2017 lalu. Beberapa berujung kematian. Kekerasan bahkan ditemukan dalam panti rehabilitasi, tempat di mana mereka seharusnya mendapat perawatan. Sebanyak 35% menjadi korban pasung, 6 kasus di antaranya anak-anak. Padahal pemerintah berkomitmen ciptakan Indonesia bebas pasung.

Jika tak ingin menanggung kerugian di masa mendatang, keseriusan pemerintah merespon masalah gangguan kesehatan mental tak bisa ditawar. Itu juga sebetulnya yang tengah dilakukan negara lain. Inggris misalnya, baru saja menciptakan posisi menteri baru yang khusus bertugas menangani pencegahan bunuh diri.  Negara itu juga bakal menggelontorkan Rp36 miliar untuk lembaga penyedia jasa konseling gratis selama empat tahun mendatang.

Saat ini ada lebih dari 200 ribu Rumah Tangga di Indonesia diketahui memiliki orang dengan gangguan jiwa berat. Itu baru dari 15 juta Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi. Ini bukan masalah sederhana. Sebab diketahui pada satu orang dengan gangguan jiwa berat terdapat lima sampai sepuluh orang kerabat yang ikut mengalami masalah kejiwaan.  Mereka depresi, stres, punya gangguan kecemasan. Ini sudah cukup jadi alasan buat pemerintah mengupayakan penanganan lebih serius.

Upaya preventif untuk mengurangi jumlah orang dengan masalah kejiwaan mesti segera dilakukan, sehingga peningkatan orang dengan gangguan kejiwaan bisa dicegah. Agar tak suram masa depan bangsa.

 

  • kesehatan jiwa
  • Diskriminasi
  • pasung

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!