OPINI

Papua Damai

Menolak sikap rasis terhadap orang Papua

Karung berisi ular dilemparkan ke halaman asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, dini hari kemarin. Ini untuk kesekian kalinya asrama mahasiswa itu diteror, pascaujaran rasis kepada mereka. Sebelumnya asrama itu juga sempat dilempari cat. Para mahasiswa di sana enggan melaporkan teror lantaran menilai percuma, tak akan ada tindak lanjut.

Sebelumnya Gubernur Jatim, Khofifah Indarparawangsa menjanjikan keamanan bagi warga Papua  di daerahnya. Tapi, janji itu hanya di mulut saja. Toh, teror terus mampir ke asrama para mahasiswa. Ini ditambah penetapan tersangka pada aktivis yang peduli Papua.

Cara-cara semacam itu tentu makin menjauhkan persoalan Papua dari selesai. Ketidakpuasan bisa makin menyeruak di hati warga Papua. Alih-alih mendapat keadilan, justru teror dan juga perlakuan semena-mena dari penguasa. Mulai dari tudingan provokator sampai penangkapan terhadap sejumlah tokoh muda peduli Papua. Ini masih ditambah blokir akses internet yang hingga kemarin  masih terjadi di Bumi Cendrawasih itu.

Bagaimana bisa mengambil hati warga Papua bila perlakuan yang tidak tepat terus menimpa mereka. Baik yang berada di Papua atau luar. Cara-cara demikian justru akan makin menguatkan ketidakpuasan yang bisa berujung pada kemarahan. Akhirnya malah kontraproduktif bagi penuntasan masalah.

Pemerintah dan aparatnya mesti menggunakan hati untuk menyelesaikan masalah Papua. Menyiram bara dengan blokir, tambahan pasukan,  atau kriminalisasi pada para aktivis hanya akan menghasilkan petaka. Hentikan, hadirkan damai.  Belum terlambat bila sungguh ingin Papua tetap di hati bangsa ini. 

  • Papua
  • rasisme

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!