OPINI

Luka Kita

Bangunan dan kendaraan bekas terbakar usai aksi massa di Papua

Papua. Sungguh sedih membaca dan mendengar apa yang terjadi kepada saudara-saudara kita ini. Kekerasan, diskriminasi, makian, pandangan miring – yang tak seharusnya terjadi. Korban berjatuhan pasca kasus makian rasialis  di depan asrama Papua di Surabaya. Dan itu dua pekan lalu.

Pemerintah justru menambah pasukan TNI-Polri ke sana, katanya untuk mengamankan obyek vital. Tetap saja, tindakan ini bakal menambah tegang situasi. Belum lagi internet masih diblokir di sana. Dewan Pers  sudah memberi catatan: ini bisa menimbulkan kecurigaan di tengah masyarakat. Kita paham, maksud Kementerian Kominfo adalah mencegah penyebarluasan berita bohong. Tapi memutus akses informasi dan komunikasi juga mendorong isu konflik di Papua justru makin simpang siur. Dan reaksi masyarakat bisa jadi tak terduga.

Publik mesti bersuara keras, kita berhak tahu apa yang terjadi di sana. Papua adalah bagian dari kita. Ketika masyarakat Papua terluka akibat makian rasis, maka ini adalah luka kita. Komnas HAM segeralah datang ke sana dan mencari tahu betul apa yang terjadi di sana. Deretan kasus HAM yang sudah terjadi saja masih begitu panjang dan tak kunjung selesai. Jangan sampai ada PR kekerasan baru dari Bumi Cenderawasih.

Warga Papua tak boleh hidup di bawah diskriminasi, kekerasan dan dengan tekanan rasialis. Menyebut ‘NKRI harga mati’ rasanya jadi pilu kalau kita tak punya rasa kemanusiaan. 

  • papua
  • rasisme
  • Dewan Pers
  • Komnas HAM

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!