EDITORIAL

Polisi dan Jerat Narkoba

"Narkoba sudah menyusup ke semua lapisan masyarakat. Artis, politikus kena, polisi tak terkecuali. Karenanya polisi harus menunjukkan komitmen dan siap membersihkan segala borok."

KBR

Polisi dan Jerat Narkoba
polisi, narkoba, sutarman

Citra dan nama baik kepolisian Indonesia tercoreng akibat ulah dua anggotanya yang ditangkap Bandara Kuching, Serawak, Malaysia akhir pekan lalu. Mereka diduga menyelundupkan narkoba.

Keduanya adalah Idha Endri Prastiono, Kepala Subdirektorat Narkoba Polda Kalimantan Barat yang kini nonjob, dan MP Harahap, anggota Polsek Entikong, Kalbar. Jika terbukti bersalah, mereka bisa dihukum mati sesuai hukum yang berlaku.

Kasus polisi dan narkoba ini jelas bukan yang pertama. Di Sumatera Utara misalnya, sepanjang 2009 hingga Juli 2014, oknum polisi yang terlibat kejahatan narkoba, dari pemakai sampai pengedar dan bandar, mencapai 181 orang.

Atau di Sumatera Selatan. Tahun lalu ada 360 polisi yang dicurigai terlibat peredaran dan penggunaan narkoba. Sementara di Bandung, tiga polisi dipecat dengan tidak hormat karena  terbukti mengonsumsi dan memiliki narkoba jenis sabu-sabu.

Polisi seharusnya berperang, bukan berkawan, dengan narkoba. Yang semestinya dilakukan adalah tindakan represif atas nama hukum. Atau preventif dengan mencegah penyalahgunaan narkoba.

Sudah waktunya ada evaluasi besar-besaran dan menyeluruh terhadap personelnya yang menangani pemberantasan narkotika.Terungkapnya kasus di Malaysia itu menunjukkan Polri tak punya mekanisme deteksi dini untuk cegah anggotanya terlibat kejahatan narkotika.

Polisi juga harusnya tak alergi dengan kritik. Yang ada malah Kapolri Sutarman buru-buru membela anak buahnya dengan mengatakan mereka ditangkap tanpa bukti narkoba di tangan. Di waktu lalu Kapolri juga pernah ngamuk ketika ada anggota Kompolnas yang menyebut divisi reserse kriminal sebagai ATM-nya Polri. (Baca juga: Menlu: Malaysia Boleh Pidanakan Polisi Indonesia Pembawa Narkoba)

Harusnya, polisi berterima kasih atas kritik yang masuk. Karena itu adalah alarm kalau masih ada borok yang mesti dibersihkan. Karena kritik sejatinya adalah tanda peduli.

Narkoba sudah menyusup ke semua lapisan masyarakat. Artis, politikus kena, polisi tak terkecuali. Karenanya polisi harus menunjukkan komitmen dan siap membersihkan segala borok.

Ujung-ujungnya, ini soal kredibilitas dan legitimasi Polisi. Kalau Polisinya saja jadi penjahat narkoba, mana ada yang percaya soal penegakan hukum kasus narkoba? (Baca juga: Kompolnas Minta Kapolri Pecat Perwira Polisi Penjual Narkoba)

Kalau ini dibiarkan, target Indonesia Bebas Narkoba 2015 bakal sulit tercapai.

  • polisi
  • narkoba
  • sutarman

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!