EDITORIAL

Perang Badar Amien Rais

"Sejarah mencatat, "

KBR

Perang Badar Amien Rais
perang badar, amin rais, Partai Amanat Nasional, pemilu 2014

Sejarah mencatat, “Perang Badar” itu sebagai pertempuran besar pertama umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang yang berlangsung selama 2 jam pada tahun 624 Masehi itu akhirnya dimenangkan oleh umat Islam, yang meski berjumlah 300-an orang, bisa mengalahkan musuh yang mencapai 1.000 orang.

Nah, sekitar 1390 tahun kemudian, Ketua Majelis Tinggi Partai Amanat Nasional Amien Rais mengibaratkan persaingan dua  pasang capres – cawapres pemilu 2014 ini sebagai “Perang Badar.” Masa iya, suasana pilpres sekarang seperti itu? Jelas tidak.

Sudah sepekan sejak pernyataan tokoh reformasi itu terlontar, kecaman demi kecaman kepada pendukung pasangan Prabowo – Hatta itu terus bermunculan. Semua komentar nyaris sama, mengibaratkan suasana jelang pilpres saat ini dengan “Perang Badar” itu keliru, tak cocok, lebay, bahkan provokatif. Sesuatu yang keliru, tak cocok, lebay dan provikatif itu biasanya tak baik, apalagi jika didengar orang awam  yang cenderung berpikir lebih sederhana dan lugu.

Entah apa yang ada di pikiran Amien Rais kala itu. Dan sepertinya, pesan yang ia sampaikan dengan pilihan bahasa seperti itu tak sampai tujuan. Kesibukan orang-orang dekatnya yang mengklarifikasi pernyataan itu menunjukkan demikian. Peribahasa mengatakan, “Mulutmu Harimaumu.” Jadi, ya terima saja kritikan-kritikan itu.  Tapi, masalah utamanya bukan di situ. Sebagai orang yang sudah ditokohkan, Amien Rais mestinya lebih berhati-hati ketika bicara. Bagaimana pun suaranya didengar banyak orang.

Jika pesan dibuat dengan sembarangan dan orang lain mencernanya dengan pikiran sederhana, itu bisa berakibat fatal. Kita kerap mendengar pecahnya aksi kekerasan hanya karena tersulut pemahaman yang keliru,  Itu karena mereka mencerna kata apa adanya. Bagi yang lebih melek, sangat mungkin akan bereaksi beda meski kosakata itu masih sama. Mereka ini mencerna informasi lebih dari sebatas pesan yang ia dengar. Mereka juga mempelajari siapa yang berbicara.

Dengan daya ingatnya, pada satu titik mereka akan bisa menilai dan menyimpulkan, seperti apa sesungguhnya kualitas sang tokoh tersebut.

  • perang badar
  • amin rais
  • Partai Amanat Nasional
  • pemilu 2014

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!