EDITORIAL

Bertahanlah Sebentar Lagi

"Semua pilihan pasti punya baik buruknya. Tidak ada capres atau cawapres yang sempurna. Tapi kalau Anda tak menyerap dan menyimak informasi yang beredar, Anda bisa salah pilih. Dan ini yang bisa cilaka."

KBR

Bertahanlah Sebentar Lagi
pilpres, debat capres, media sosial, orde baru

Apakah Anda mencermati hiruk pikuk yang terjadi setelah debat capres Senin malam lalu?

Di media sosial, perseteruan makin ramai. Saling serang terus terjadi, bahkan mungkin saling gencar. Gacoan masing-masing sudah tampil dan beradu di satu panggung. Mendadak semua orang jadi pengamat politik. Ada yang mencermati pilihan kata, pilihan topik, pilihan pertanyaan sampai ekspresi dan hal-hal tak penting lainnya. Status di media sosial menjadi ajang debat politik.

Tak jarang, yang semulanya teman, jadi berbalik punggung karena beda pilihan politik.

Setelah debat capres, dengan hiruk pikuk pilpres yang makin gencar, ada juga orang-orang yang memutuskan untuk eneg dengan segala urusan politik. Berharap Pilpres segera tiba, sehingga perdebatan tak kunjung usai ini bisa berakhir. Atau berharap Piala Dunia dipercepat, sehingga topik Prabowo – Jokowi segera berganti.

Tapi cobalah melihat dari sudut lain. Ini adalah eranya demokrasi. Era keterbukaan. Era di mana informasi tersebar di mana-mana. Era di mana kita bisa menonton debat capres di televisi. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi di masa Orde Baru.

Ketika SBY tampil sebagai calon presiden, publik masih punya ingatan yang  tajam soal Orde Baru. Soal kekejamannya. Soal kebungkaman. Soal tak bisa berpendapat bebas. Tak pelak, popularitas SBY moncer dan keluar sebagai juara, bahkan sampai dua periode. Sementara Pemilu kali ini berlangsung 16 tahun setelah Presiden Soeharto turun. Ingatan soal Orde Baru mulai luntur. Makanya kampanye soal “isih penak zamanku toh” naik daun, dan mereka yang “berbau”
Orde Baru muncul kembali ke permukaan.

Justru inilah saat kita mesti waspada. Inilah saatnya masa kelam Orde Baru bisa kembali mengungkung kita. Sebisa mungkin, bertahanlah dalam perdebatan politik ini sampai Anda yakin betul dengan siapa yang bakal Anda coblos tanggal 9 Juli nanti. Bersihkan pikiran dulu dari aneka kampanye negatif.

Pikirkan anak, keponakan, atau mungkin cucu Anda ketika berkutat dengan aneka informasi tentang masing-masing capres. Seperti apa wajah Indonesia di masa depan yang Anda ingin bayangkan untuk anak, keponakan atau cucu Anda?

Semua pilihan pasti punya baik buruknya. Tidak ada capres atau cawapres yang sempurna. Tapi kalau Anda tak menyerap dan menyimak informasi yang beredar, Anda bisa salah pilih. Dan ini yang bisa cilaka.

Jadi bertahanlah sebentar lagi dalam hiruk pikuk politik. Jangan apolitis, apalagi tak melek informasi. Rugi.

  • pilpres
  • debat capres
  • media sosial
  • orde baru

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!