Transaksi Capres-Cawapres

Hari ini, 106 tahun silam berdiri organisasi Boedi Oetomo. Hari lahir organisasi pemuda yang mencita-citakan kemerdekaan sebuah bangsa itu kemudian  dijadikan hari Kebangkitan Nasional. Pada 20 Mei ini pula batas waktu pendaftaran pasangan calon presiden.

Setelah berhari-hari penuh teka-teki siapa berpasangan dengan siapa untuk maju dalam pemilu presiden, setidaknya kemarin sudah dua pasangan yang  mendeklarasikan diri untuk maju. Kader PDI Perjuangan, Joko Widodo menggandeng Jusuf Kalla, bekas wakil presiden yang kini ketua Palang Merah Indonesia untuk maju menuju kursi RI 1. Lainnya ada Prabowo Subianto yang akhirnya menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Radjasa untuk mengadu peruntungan menjadi orang nomer satu di negeri ini.

Hingga pukul 16 sore ini, masih terbuka kesempatan partai-partai yang memenuhi persyaratan untuk memasukkan calon yang diunggulkannya untuk berkompetisi menjadi presiden. Syaratnya, punya dukungan 20 % kursi legislatif atau 25 % perolehan suara. Karena tak satupun partai yang memenuhi itu, tak ada pilihan lain kecuali berkoalisi.

Suka atau tidak, tawar menawar harus dilakukan sebelum penggabungan dukungan dilakukan. Ada transaksi di sana. Karena itu bisa saja pada detik-detik akhir pendaftaran muncul pasangan baru. Orang boleh kecewa pada pasangan yang dipilih, tapi politik membuka semua kemungkinan.

Kita berharap, betul-betul putra bangsa terbaiklah yang akan didaftarkan partai-partai politik untuk maju dalam pesta demokrasi lima tahunan ini. Bukan sekadar lantaran  ambisi pribadi untuk kepentingan konco,  partai atau semata kekuasaan.  Hingga kelak ketika terpilih, mampu memberikan yang terbaik untuk bangsanya. Mampu membawa negeri  ini bangkit menjadi negara yang maju. Bangsa dan negara   hebat  yang disegani negeri jiran dan juga  dunia. Harapan yang pantas kita gantungkan pada para pasangan calon presiden bertepatan dengan peringatan hari Kebangkitan Nasional.