EDITORIAL

Beban Kompromi Para Capres

Beban Kompromi Para Capres

Pemilu presiden tinggal sekitar 60 hari. Tapi sudahkah kita tahu berapa banyak pasangan calon yang akan bertarung nanti? Jangankan jumlah pasangan calon, bahkan siapa para calon wakil presiden pun kita sama sekali buta hingga hari ini.

Joko Widodo alias Jokowi, calon presiden yang diusung PDI Perjuangan sudah melakukan safari politik ke beberapa partai politik. Juga safari politik ke banyak tokoh di luar parpol. Tapi siapa calon wakil presiden yang akan ia gandeng, masih gelap. Satu-satunya yang sudah jelas, PDI Perjuangan akan maju bersama Partai Nasdem. Dan belakangan, PKB.

Bagaimana dengan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra? Situasinya kurang lebih sama. Malah mungkin lebih gelap. Jangankan calon presiden, dengan partai mana saja ia akan berkoalisi, semua masih kabur. Sempat disebut-sebut PPP merapat ke Gerindra. Tapi semua buyar ketika manuver Ketua Umum PPP Suryadarma Ali justru digugat rekan-rekannya separtai. Hingga hari ini, Prabowo memang intensif menggalang dukungan sana-sini, tapi hasilnya masih serba tidak pasti.

Partai Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie lebih gamang lagi. Partai ini sudah bertekad bulat bakal mengusung Aburizal Bakrie menjadi calon presiden. Tapi perolehan suaranya, meski menempati urutan kedua, tak cukup besar untuk maju sendirian. Partai Golkar harus mengajak partai lain kalau hendak maju ke pemilihan presiden. Sudah begitu, di kalangan internal sudah mulai ada kasak-kusuk untuk menganulir keputusan partai yang mengusung Ical sebagai calon presiden. Alasannya, elektabilitas Ical tak akan mampu mengungguli dua capres popular lainnya, yakni Jokowi dan Prabowo.

Semua masih tanda tanya. Semua masih teka-teki. Padahal waktu terus berjalan. Memang di media massa, dan terutama di media sosial, peran antar pendukung calon presiden terus berlangsung. Panas-panasan. Seolah-olah mereka yang paling tahu tentang calon presiden yang mereka dukung. Tapi percayalah, sesungguhnya para penggembira ini juga sama tidak tahunya dengan kita.

Kalau pasangan calon saja kita belum tahu, bagaimana pula kita akan tahu apa yang bakal mereka lakukan kelak kalau berhasil memenangi pemilu? Jalan keluarnya adalah kompromi.

Politik, salah satunya, memang bicara soal kompromi. PDI Perjuangan dan Jokowi akan berkompromi dengan partai-partai pendukungnya, begitu pula Gerindra dan Prabowo. Juga partai-partai lainnya. Berbagai kepentingan yang ada di dalam koalisi akan bernegosiasi dan kemudian dikompromikan.

Tak adanya partai dengan suara mayoritas mengakibatkan para calon presiden ini tak bisa kukuh pada prinsip-prinsip awalnya. Makin lama keputusan dibuat, makin berat beban kompromi yang akan ditanggung.

Inilah pe-er besar para capres 2014.

  • beban kompromi capres
  • safari jokowi
  • koalisi partai
  • wakil presiden
  • prabowo subianto

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!