EDITORIAL

Negara Gagal (Lagi)

Negara Gagal (Lagi)

Lagi-lagi kasus kekerasan karena laku  intoleran terjadi di Jawa Barat. Provinsi satu ini seperti tak sudi melepaskan gelarnya sebagai daerah dengan kasus intoleransi tertinggi. Dalam waktu yang berdekatan, dua lokasi di kabupaten Tasikmalaya yang dihuni warga Ahmadiyah diserang orang dinihari kemarin. Dan bukan kali ini saja jemaah Ahmadiyah Tasikmalaya diintimidasi juga diserang.

Peristiwa kemarin bermula ketika segerombolan orang menyerang dan merusak masjid dan rumah warga Ahmadiyah di Kampung Kutawaringin, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu.  Beberapa jam kemudian gerombolan  itu  menyerang bahkan membakar masjid di kampung Babakan Sindang, desa Cipakat, Kecamatan Singaparna. Gerombolan itu juga merusak rumah warga yang ada di sekitar masjid.

Serangan pada dini hari itu jelas bukan tindakan spontan. Pasti ada yang merencanakan, menggerakan segerombolan orang untuk melakukan perusakan rumah dan tempat ibadah. Ini artinya bila intelijen kepolisian betul-betul bekerja, peristiwa itu tak akan terjadi. Dan kepolisian bisa segera menangkap otak dibalik rencana setelah penyerangan. Apalagi berulang kali penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyah terjadi. Mestinya aparat lebih siap melindungi dan mengayomi mereka yang terancam haknya.

Tapi kita tak melihat pencegahan dilakukan secara serius oleh aparat. Penindakan juga terkesan ogah-ogahan kalau tak mau dibilang tidak dilakukan. Dalam beberapa kasus, justru mereka yang diserang itulah yang kemudian menjadi pesakitan. Sedangkan pelaku kekerasan bahkan hingga menghilangkan nyawa orang, malah mendapat hukuman ringan  yang jauh dari rasa keadilan. Sungguh mencederai akal sehat kita.

Aparat dan  pemerintah mestinya terus  mengingat pelajaran dasar bernegara yang ditinggalkan  para pendiri republik ini. Pancasila dan Undang-undang Dasar. Dasar  negara dan konstitusi  memberikan jaminan bagi keragaman. Karena dari keragamanlah negeri ini dibentuk. Tak pandang suku , tak peduli apa agamanya, semua bahu membahu terlibat dalam perjuangan membentuk negeri ini.

Dan kini, berpuluh tahun kemudian, berulangkali keragaman itu dinodai.  Mereka yang minoritas, mereka yang dinilai berbeda tak mendapat perlindungan yang sepatutnya. Negara abai pada hak dasar warganya yang terus-menerus dianiaya karena setitik perbedaan dalam berkeyakinan.

Karena itulah kita terus mengingatkan dan mendesak para pemimpin umat dan petinggi negeri ini untuk mau dan berani melindungi kelompok minoritas. Selain itu menindak tegas pelaku kekerasan kasus intoleransi . Sebab bila kekerasan intoleransi ini tak segera ditindak tegas, bak penyakit kanker , maka akan terus meluas. Hingga pada akhirnya keberadaan negeri inilah yang jadi taruhannya. 

  • negara
  • gagal
  • intoleransi
  • ahmadiyah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!