OPINI

Teguran SBY

"SBY mengingatkan soal konsep inklusivitas yang harus diusung dalam kampanye nasional. Bahwa kampanye seharusnya mencerminkan kebhinekaan Indonesia, juga mencerminkan persatuan. "

KBR

Teguran SBY
Ilustrasi: Teguran SBY (Foto: Antara)

Surat dari Susilo Bambang Yudhyono  kepada internal Partai Demokrat sesungguhnya adalah pengingat bagi kita semua akan Indonesia yang beragam serta tujuan dari Pemilu itu sendiri. SBY mengirim surat itu sebagai Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat terkait kampanye pasangan capres Prabowo-Sandiaga Uno. 

Dalam suratnya, SBY mengingatkan soal konsep inklusivitas yang harus diusung dalam kampanye nasional. Bahwa kampanye seharusnya mencerminkan kebhinekaan Indonesia, juga mencerminkan persatuan. 

SBY juga mengingatkan soal esensi Pemilu  yaitu untuk memilih pemimpin bangsa. Ia yang berdiri di atas semua golongan, tak hanya memimpin sebagian rakyat yang memilihnya saja. Karena itu jauh lebih penting untuk memperkenalkan visi dan misi, ketimbang memperlebar jurang antarpemilih. 

Apa yang disampaikan SBY ini betul. Dan sangat perlu untuk situasi politik saat ini. Ketika semua politisi tak ubahnya kecap yang selalu mengaku jadi yang terbaik, tanpa merasa perlu mengurai sebabnya. 

Kita adalah calon pemilih dan sedianya melatih diri sendiri jadi pemilih yang kritis. Pilih A karena alasan yang jelas, bukan hanya karena tak suka pada B. Bayangkan betapa gundahnya hidup Anda kalau ternyata jagoan Anda tak terpilih. Apakah lantas mau misuh-misuh sedikitnya selama lima tahun atau tak mengakui program pemerintah terpilih?

Ketimbang begitu, ingatlah untuk memakai hak politik Anda untuk memilih calon pemimpin terbaik, dengan alasan yang rasional pula. Ini soal kehidupan bernegara, soal program pembangunan yang berguna bagi warga, bukan soal pilihan emosional. 

  • SBY
  • Partai Demokrat
  • Pemilu 2019

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!