OPINI

Menjaga Kewarasan

Ilustrasi: Sorry

Tulisan ‘I’m sorry’ atau 'saya minta maaf' itu terpampang besar-besar di halaman Twitter komikus Jepang, Onan Hiroshi. Juga ada foto dia dalam posisi bersujud sebagai tanda permintaan maaf. Tak hanya kepada Presiden Joko Widodo, Onan Hiroshi juga minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. 

Sampai semalam tagar #IndonesiaBukanPengemis masih jadi tema yang paling dibicarakan di media sosial Indonesia. Ini bermula dari komik Onan berjudul ‘Kereta Cepat Pengemis’ soal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Onan menggambarkan bagaimana studi yang sudah dilakukan Jepang diberikan kepada Cina, yang lantas dipilih jadi kontraktor. Warganet Indonesia tersulut, lantas mengeluarkan tagar itu - berujung pada Onan minta maaf secara terbuka. 

Begitu masuk ke media sosial dan menjadi viral, sulit menebak ujung cerita. Ini sekaligus menguatkan temuan Twitter tahun 2016 yang menobatkan Indonesia sebagai negara paling cerewet di Twitter. Jumlah pengguna aktif sampai 77 persen dan ada 4 miliar lebih twit yang diproduksi dalam setahun. Tak heran, begitu komik Onan Hiroshi dianggap menyentil nasionalisme, gelombang mem-bully langsung ditujukan kepada Onan. 

Media sosial memang mengubah banyak hal. Tak hanya membuat warganet Indonesia makin cerewet, tapi juga makin gemar mem-bully. Yang tadinya hanya riak, berubah jadi gelombang dalam waktu singkat. Komik Onan hanyalah riak, yang bisa segera usai setelah ia minta maaf. Tapi sampai tahun depan, akan ada banyak riak yang bisa berubah jadi gelombang besar. Karena itu kita perlu sama-sama menjaga kewarasan, terutama dalam bermedia sosial. Tetap kepala dingin, tetap waras, jangan sampai kita ikut menyumbang pada gelombang kekacauan yang tidak kita inginkan. 

 

  • komikus jepang Onan Hiroshi
  • proyek kereta cepat
  • #IndonesiaBukanPengemis

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!