EDITORIAL

Cara Artifisial Ala Walikota Bengkulu

Cara Artifisial Ala Walikota Bengkulu
walikota, bengkulu, Mesjid At Taqwa, Helmi Hasan, Ridwan Kamil

Ingin naik haji atau umrah? Atau punya mobil tanpa pusing cari uang? Gampang. Modal Anda cukup rajin beribadah di Mesjid At Taqwa Bengkulu. Ini adalah janji dari Walikota Bengkulu Helmi Hasan untuk memotivasi warga supaya mesjid tidak sepi. Hadiah yang ditawarkan mulai dari berangkat naik haji, umrah bahkan bonus berupa mobil Toyota Innova milik pribadi.

Tapi tentu tak ada makan siang gratis di dunia ini.

Kalau ingin umrah gratis, maka warga harus melaksanakan salat dzuhur berjemaah di Mesjid At Taqwa sebanyak 42 kali berturut-turut. Sementara kalau rapor mencapai 52 kali berturut-turut, total 100 warga bisa diberangkatkan naik haji. Dan jika konsisten melakukan itu semua, bersiaplah menanti hadiah mobil pribadi sang Walikota berupa Toyota Innova.

Walikota Helmi Hasan beralasan, kontes ini digelar supaya mesjid tak sepi. Banyak yang mengkritik ide ini, tapi Helmi santai saja. Menurut dia, ini adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin Bengkulu yang mayoritas warganya adalah umat Muslim. Dia meyakini kalau apa yang dilakukan bakal memberi semangat dan motivasi bagi umat Muslim karena menurutnya, “salat berjamaah lebih penting dari apa pun.”

Idenya seolah-olah positif. Menyuruh orang rajin beribadah. Padahal sejatinya ini adalah ide diskriminatif. Meski umat Muslim adalah mayoritas di Bengkulu, bukan berarti tak ada ada pemeluk agama lain. Dengan ide ini, sang Walikota menunjukkan kalau ia hanya memperhatikan kelompok agama tertentu yang adalah kelompok mayoritas. Ide ini makin runyam karena ada kecenderungan psikologis kelompok minoritas untuk diam ketika mengalami diskriminasi.

Celakanya, ide sang Walikota ini menggunakan dana APBD Kota Bengkulu sebesar 2,3 miliar rupiah. Dan kita tahu, dana ini asalnya dari pajak semua warga, Muslim maupun non-Muslim. Kalau dari koceknya sendiri mungkin tak masalah.

Mengajak orang beribadah tentu baik. Tapi sebagai pemimpin pemerintahan, mestinya Helmi Hasan lebih mengutamakan program peningkatan kesejahteraan daripada membeli sebuah ketaatan artifisial.

Ide ini sebaiknya dibatalkan saja. Selain salah kaprah, gagasan diskriminatif dengan iming-iming hadiah yang dibayar dengan uang rakyat, jelas tak bisa dibenarkan. Walikota Bandung Ridwan Kamil pun sebaiknya membatalkan niatnya untuk ikut-ikutan cara Bengkulu memberi iming-iming hadiah.

Gagasan Walikota Bengkulu jelas bukan cara tepat untuk menyukuri keberagaman dan menyuburkan toleransi di negeri penuh perbedaan seperti Indonesia.

  • walikota
  • bengkulu
  • Mesjid At Taqwa
  • Helmi Hasan
  • Ridwan Kamil

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!