NASIONAL

Paus Leo XIV, Sikap Terdahulu dan Sikap yang Dinanti

Menanti arah kepemimpinan Paus Leo XIV

AUTHOR / Wydia Angga, Naomi Lyandra

EDITOR / Ninik Yuniati

Google News
Paus Leo XIV, Sikap Terdahulu dan Sikap yang Dinanti
Paus Leo XIV pertama kali muncul di hadapan publik usai terpilih. (Sumber foto: Reuters)

KBR, Jakarta - "Peace be with all of you!"

Pesan ini disampaikan Robert Francis Prevost dalam pidato perdananya sebagai Paus baru.

Ia memilih nama Paus Leo XIV.

Pemilihan nama biasanya mengisyaratkan arah kebijakan, visi kepemimpinan, dan karakter kepausan.

Nama Leo, merujuk pada dua tokoh penting dalam sejarah Gereja Katolik: Paus Leo I (Leo Agung) dan Paus Leo XIII. Paus Leo I dikenal tegas sekaligus pembela ajaran gereja. Sedangkan, Paus Leo XIII dikenal karena pemikirannya modern dan progresif.

Franscois Mabille, pakar Vatikan, memperkirakan Paus Leo akan kembali mengangkat isu-isu sosial seperti pendahulunya, Paus Fransiskus, yang meninggal pada 21 April 2025.

"Termasuk (isu) dalam konteks baru seperti dampak kecerdasan buatan dan globalisasi yang tidak merata,” ujar Francois Mabille yang dilansir Kompas.

Paus Leo terpilih dalam konklaf yang berlangsung selama 33 jam di Kapel Sistina, Vatikan.

Lahir di Chicago, Amerika Serikat pada 14 September 1955, dari ayah keturunan Italia dan Prancis dan ibu keturunan Spanyol. Paus Leo pernah menjadi misionaris di Peru dan memiliki kewarganegaraan Peru. Saat bertugas di sana, ia memberi perhatian besar pada kaum migran dan marjinal.

Publik mulai menebak arah kepemimpinan Paus Leo XIV dengan menggali sikap-sikapnya terdahulu.

Media Guardian, misalnya, mengungkit pernyataannya soal kelompok LGBT pada 2012.

“Media massa Barat sangat efektif dalam menumbuhkan simpati yang besar di kalangan masyarakat umum terhadap kepercayaan dan praktik yang bertentangan dengan Injil – misalnya aborsi, gaya hidup homoseksual, eutanasia,” ucap Robert Francis Prevost (nama asli Paus Leo XIV) kala itu. 

Bandingkan dengan pernyataan Paus Fransiskus pada 2013, yang dikutip dari media internasional, Guardian, "Jika seseorang gay, dan dia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapakah saya untuk menghakiminya?"

KBR pada 24 April 2025, mewawancarai Romo Eddy Susanto SCJ, Kepala Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) jelang pemilihan Paus baru. Kata dia, Paus terpilih diharapkan sosok yang paham situasi dunia dan peduli sesama.

"Melihat situasi yang ada sekarang ini, tampaknya masih sangat dibutuhkan Paus yang bisa melanjutkan dan mengembangkan cita-cita Paus Fransiskus. Terutama berkaitan dengan kemanusiaan lalu kecintaan terhadap alam," kata Romo Eddy.

Sementara itu, Koordinator Nasional Sobat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (Sobat KBB) Angelique Maria Cuaca mengatakan pimpinan tertinggi umat Katolik harus merangkul korban perang, disabilitas, serta minoritas gender.

Pernah ke Indonesia

Paus Leo XIV ternyata pernah berkunjung ke Sorong, Papua, sebagai Prior Ordo Santo Agustinus (OSA), saat perayaan 50 tahun dedikasi OSA di Papua.

Ordo Santo Agustinus berfokus pada pendidikan, misi, dan pelayanan sosial.

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengucapkan selamat atas terpilihnya Paus Leo XIV dan mengapresiasi pesan damai yang disampaikannya di hadapan publik.

"Ini merupakan pesan universal yang harus kita upayakan bersama agar kehidupan dunia ini semakin damai di masa mendatang," kata Menag di Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Menag berharap Paus Leo XIV melanjutkan perjuangan mendiang Paus Fransiskus yang turut menandatangani Deklarasi Istiqlal pada September 2024. Deklarasi tersebut lahir sebagai diplomasi lintas iman yang berfokus pada isu kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.

Isinya menegaskan bahwa nilai-nilai agama adalah sumber solusi atas tantangan global: dehumanisasi, perubahan iklim, hingga ketimpangan sosial.

"Kami berharap, komitmen atas Deklarasi Istiqlal akan terus terbangun dan terjalin dengan baik dalam kepemimpinan Paus Leo XIV untuk dunia yang lebih humanis, alam yang makin lestari, serta kohesi sosial yang makin kuat dan tidak timpang," pungkas Menag.

Baca juga:

Belajar dari Paus Fransiskus: Sosok Sederhana Penebar Kedamaian

Imam Istiqlal: Pesan Paus, Jangan Ratapi Perbedaan, Rayakan!

Paus Fransiskus Teken Deklarasi Istiqlal 2024 Bersama Tokoh Lintas Agama

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!