NUSANTARA

Kirab Waisak Pertama di Solo, Walkot: Bukti Kota Toleran

Kirab Waisak ini menjadi yang pertama digelar di Kota Solo.

AUTHOR / Yudha Satriawan

EDITOR / Wahyu Setiawan

Google News
Kirab Waisak Pertama di Solo, Walkot: Bukti Kota Toleran
Perayaan Waisak di Solo dimeriahkan dengan Kirab dan prosesi di depan Balai kota. (KBR/Yudha/Humas Pemkot Surakarta)

KBR, Solo - Kirab Waisak di Solo diklaim menjadi bukti daerah itu tengah memperkuat citra sebagai kota toleran. Pada Sabtu (10/5/2025), Umat Buddha bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pemuda penggerak, forum anak, serta komunitas lintas agama menggelar kirab budaya. Kirab Waisak ini menjadi yang pertama digelar di Kota Solo.

Wali Kota Solo Respati Ardi menjelaskan kirab perayaan Waisak ini menjadi simbol daerahnya ramah untuk semuanya dan bebas dari praktik intoleran.

"Balai kota terbuka, ini berlaku bagi agama mana pun yang diakui oleh undang-undang. Kita gelar secara meriah dengan kirab dan ornamen. Semua warga bisa merasakan toleransi. Solo sangat terbuka menerima umat beragama yang lain," ujar Respati usai mengikuti kirab Waisak di Balaikota Solo.

Dia menegaskan komitmen Solo sebagai kota toleran yang mendukung keberagaman diwujudkan dengan memberi fasilitas semua bentuk perayaan keagamaan.

Ratusan peserta kirab mengarak Rupang Buddha dan dimandikan dalam upacara Yu Fo (Puja Mandi Buddha).

Balaikota Solo dan sepanjang jalan di depannya hingga Pasar Gedhe Harjonagoro bersolek. Ornamen dan lampion menghiasi kawasan tersebut.

Pada 2023, Kota Solo menempati peringkat ke-10 kota toleran berdasarkan penilaian dari Setara Institute. Peringkat itu anjlok dari tahun sebelumnya yakni urutan ke-4.

Baca juga:

Kota Singkawang di Kalimantan Barat menjadi kota paling toleran 2023. Setara Institute Awards mencatat kota itu meraih skor 6,500.

Menurut Setara, Singkawang telah bertransformasi menjadi kota yang kokoh dalam menjaga keragaman Indonesia. Ini merupakan kali ketiga berturut-turut Singkawang meraih skor indeks Kota Toleran tertinggi sejak 2021.

Indeks kota toleran dihitung berdasarkan empat variabel yakni regulasi pemerintah kota, regulasi sosial, tindakan pemerintah, dan demografi agama.

Variabel regulasi pemerintah kota meliputi rencana pembangunan (RPJMD) dan ketiadaan kebijakan diskriminatif. Variabel regulasi sosial meliputi ketiadaan peristiwa intoleran dan dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleran.

Variabel tindakan pemerintah meliputi pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleran dan tindakan nyata pemerintah merespons intoleran. Kemudian variabel demografi agama meliputi heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial.

Semangat Kebersamaan

Ketua Panitia Waisak 2025 Rama Mettasiri Sutrisno mengapresiasi dukungan dari Pemkot Solo dalam perayaan Waisak 2569 TB/2025 ini.

"Ini kirab yang pertama kali dilakukan di Kota Solo. Tadi wali kota menyampaikan pesan, jika tahu akan semeriah ini tahun depan akan digelar lebih semarak," ungkapnya.

Metta menjelaskan kirab ini membawa misi menularkan semangat kebijaksanaan Sang Budha di berbagai lini kehidupan.

Perayaan Waisak di Solo juga diisi dengan kegiatan bakti sosial, pentas seni di halaman Balaikota Surakarta, Pindapatta (sedekah makanan), dan donor darah.

Tema perayaan Waisak tahun ini adalah "Semangat Kebersamaan untuk Indonesia Maju". Mengutip ANTARA, tema ini menjadi pengingat bagi seluruh umat untuk menumbuhkan keharmonisan dan kebijaksanaan sebagai fondasi mewujudkan perdamaian dan kemajuan bangsa.

Presiden Prabowo Subianto berharap perayaan Waisak 2569 membawa ketenangan, kebijaksanaan, dan semangat welas asih bagi semua.

"Semoga perayaan Waisak senantiasa membawa ketenangan, kebijaksanaan, dan semangat welas asih bagi kita semua," ucap Prabowo dalam unggahan di akun Instagram resmi @presidenrepublikindonesia," Senin (12/5/2025).

Sementara itu, saat menghadiri perayaan Waisak di Wihara Ekayana Arama, Indonesia Buddhist Centre, Duri Kepa, Jakarta Barat, Senin (12/5/2025), Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan perbedaan antarumat beragama merupakan kekuatan Indonesia yang harus terus dipelihara.

"Perbedaan itu lukisan Tuhan, jangan ada yang merusak. Perbedaan itu rahmat, kita harus pelihara. Perbedaan itu adalah kekuatan Indonesia. Mari kita merawat," kata dia, dikutip dari ANTARA.

Nasaruddin menuturkan, dirinya bangga karena masyarakat mampu bersatu di atas perbedaan. Hal itu menurut dia, merupakan karakter sebagai umat manusia.

"Kita sebagai warga bangsa Indonesia, kita harus bersatu, saling menghormati satu sama lain. Jadi perbedaan itu karakter kita sebagai umat manusia," kata dia.

Khusus untuk umat Buddha, Menag mengingatkan pentingnya menebarkan energi positif sebagaimana pesan Buddha.

"Bagaimana kita menebarkan energi positif kepada siapapun juga. Bukan hanya manusia, tapi pohon, batu-batuan, air, langit, dan sebagainya. Sama dengan Islam, harus menjadikan agama itu rahmatan lilalamin, rahmat untuk semua," ujar Nasarudin.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!