NUSANTARA

Darurat Penangan Sampah di Jabar, Pemda Siap Tambah Puluhan Insinerator

"Untuk mengurangi ketergantungan pada Sarimukti, kita butuh sekitar 84 insinerator tambahan. Proyeksinya senilai Rp117 miliar dan akan dibagi secara gotong royong antara provinsi dan kabupaten kota,"

AUTHOR / Arie Nugraha

EDITOR / Resky Novianto

Google News
tpa
TPPAS Sarimukti. Foto: jabarprov.go.id

KBR, Bandung- Sekretaris Daerah Jawa Barat (Jabar) Herman Suryatman mengaku tengah menyiapkan sekurangnya 84 insinerator tambahan guna mengolah sampah di Kawasan Bandung Raya.

Insinerator adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah dalam bentuk padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.

Kawasan itu meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi yang hampir tidak tertampung di Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat.

Herman menyebut tambahan alat pembakaran sampah tersebut disebut dapat mengolah sampah 10 ton per hari guna mengatasi penumpukan sampah minimal dua bulan mendatang dan masa jangka panjang di Kawasan Bandung Raya.

"Yang pertama tentu memanfaatkan teknologi yang sudah ada. Kan di beberapa lokasi ada insinerator ada Motah (Mesin Olah Runtah) baik yang difasilitasi Citarum Harum maupun inisiasi pemerintah provinsi tempo hari dan kabupaten serta kota. Kan di lapangan tidak optimal fungsinya, Pak Gubernur minta 100 persen insinerator yang ada itu harus efektif berjalan,” ujar Herman dalam siaran medianya, Bandung, Rabu (7/5/2025).

“(Kini) Ada yang kondisinya rusak, ada yang kurang sampah karena kan di insinerator sampahnya harus dipilah bukan sampah sembarangan,” imbuhnya.

Selain mengoptimalkan keberadaan insinerator, Herman menambahkan teknologi pengolahan lain seperti maggot dan composting yang sudah ada pun diminta untuk dioptimalkan 100 persen.

Nilai Pengadaan Insinerator

Herman mengatakan rincian tambahan insinerator tersebut terdiri dari Kota Bandung membutuhkan 43 unit, Kabupaten Bandung 25 unit, Kota Cimahi 6 unit, dan Kabupaten Bandung Barat 10 unit.

"Untuk mengurangi ketergantungan pada Sarimukti, kita butuh sekitar 84 insinerator tambahan. Proyeksinya senilai Rp117 miliar dan akan dibagi secara gotong royong antara provinsi dan kabupaten kota," kata Herman.

Penanganan sampah ini diharapkan oleh Herman ditindaklanjuti oleh seluruh kepala daerah di Kawasan Bandung Raya untuk berpartisipasi agar fasilitas yang ada benar-benar berjalan efektif.

Pasalnya, kapasitas TPPAS Sarimukti diperkirakan hanya dapat menampung lebih dari sebulan jumlah sampah untuk Kawasan Bandung Raya.

Insinerator Satgas Citarum Harum

Pada tahun lalu pembangunan insinerator telah digagas oleh Satuan Gugus Tugas (Satgas) Citarum Harum. Seperti di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon yang telah tersedia mesin olah runtah (Motah-6). Mesin tersebut diklaim menjadi solusi penanganan sampah sampai tuntas.

Dicuplik dari laman resmi Citarum Harum, Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Cigondewah Kaler Dewi Waryanti mengatakan, operasional mesin pemberian dari Kodam III/ Siliwangi itu sedang diujicobakan sejak 2 September 2024.

Pada tahap awal, sampah yang akan dibakar di Motah-6 berasal dari Kelurahan Cigondewah Kaler yang terdiri 14 RW. Selanjutnya, bakal semakin banyak sampah yang dibakar di Motah-6, yakni dari Kecamatan Bandung Kulon yang terdiri delapan kelurahan.

Proses pembakaran sampah di Motah-6 dimulai dari pengangkutan sampah dari rumah warga oleh petugas di setiap RW. Kemudian, sampah dibawa ke lokasi Motah-6 untuk dipilah. Sampah yang tidak bernilai jual dibakar di dalam Motah-6.

“Motah-6 sangat membantu penanganan sampah di sini. Nanti tidak ada sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Semua terselesaikan di sini,” ucap Dewi di Kelurahan Cigondewah Kaler, Selasa (3/9/2024).

Sebelum Motah-6 hadir, sampah dari masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler dibuang ke tempat pembuangan sementara. Mengingat wilayah Cigondewah Kaler terdiri dari 14 RW, volume sampah tergolong banyak.

Sementara itu Komandan Subsektor 2 Sektor 22 Satgas Citarum Harum, Aris Santoso menambahkan, pengelolaan Motah-6 dilakukan oleh Satgas Citarum Harum Sektor 22 bekerja sama dengan petugas kewilayahan.

Dalam mengoperasionalkan Motah-6 disiagakan 10 orang pekerja dan saat ini, para pekerja sedang dilatih untuk mampu mengoperasionalkan mesin tersebut.

Motah-6 dapat membakar sampah 1 ton per jam. Dengan perhitungan delapan jam kerja setiap hari, Motah-6 bisa membakar 8 ton sampah per hari.

Pembakaran tidak menggunakan bahan bakar, tetapi tinggal menyalakan api ke dalam tungku mesin. Hampir seluruh sampah dapat dibakar, kecuali sampah bahan berbahaya dan beracun.

Pembakaran 1 ton sampah menghasilkan 10 kilogram abu yang selanjutnya dikelola menjadi bata beton. Dengan demikian, masalah sampah dapat dituntaskan, bahkan mendatangkan manfaat baru.

Penjelasan Penggunaan Insinerator dari GAIA

Kelompok pemerhati lingkungan dan iklim dari Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) menyebutkan dalam laman resminya insinerator adalah salah satu industri yang paling beracun, mahal, berbahaya, dan mencemari iklim.

insinerator diiklankan secara keliru sebagai solusi untuk krisis limbah yang berasal dari produksi dan konsumsi berlebih, insinerator tidak hanya menghalangi pendanaan dari strategi yang menawarkan solusi nyata, tetapi juga merupakan manifestasi dari rasisme lingkungan.

Mereka yang paling terkena dampak negatifnya adalah yang paling tidak bertanggung jawab atas krisis sampah kita yakni masyarakat berpenghasilan rendah, komunitas kulit berwarna, dan komunitas terpinggirkan. Insinerator memancarkan 68 persen lebih banyak gas rumah kaca per unit energi daripada pembangkit listrik tenaga batu bara.

Meskipun menjadi kontributor utama perubahan iklim, industri insinerator tetap bertahan dengan mengandalkan kredit energi terbarukan, subsidi yang mahal, dan biaya eksternal.

Uang publik bernilai jutaan dolar pajak, dengan cara ini disedot ke dalam insinerator dan diambil dari nyata terbarukan dan solusi berkelanjutan lainnya yang secara signifikan lebih hemat biaya.

GAIA percaya bahwa hanya pekerjaan yang didasarkan pada kebutuhan dan realitas komunitas garis depan yang akan berhasil menciptakan perubahan yang nyata dan langgeng.

Untuk alasan ini, GAIA mendukung pengorganisasian yang dipimpin masyarakat terhadap insinerator dan dampak industri terhadap iklim, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi, dan mempromosikan manfaat dari zero waste.

GAIA juga memproduksi komunikasi dan penelitian untuk berbagi data dan pembelajaran di seluruh negara dan wilayah, dan mendukung gerakan dan pengembangan kapasitas untuk memperkuat pekerjaan lokal.

Lembaga keuangan internasional seperti Asian Development Bank adalah pendorong utama proyek insinerator, yang padat modal dan sumber utang jangka panjang yang signifikan.

Pekerjaan GAIA termasuk meningkatkan standar dalam kebijakan pembiayaan, seperti pengecualian insinerasi limbah ke energi dari yang baru Laporan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Uni Eropa (yang menentukan kegiatan ekonomi, investasi, dan aset mana yang dapat dianggap mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan tujuan iklim UE).

Baca juga:

Solusi Disiapkan Usai TPPAS Sarimukti 'Divonis' Hampir Penuh

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!