NUSANTARA

Tiga Perusahaan Minat Jadi Investor Baru Sritex

Ada tiga calon investor yang akan menjalani appraisal atau penaksiran nilai aset PT Sritex.

AUTHOR / Yudha Satriawan

EDITOR / Wahyu Setiawan

Google News
sritx
Pekerja PT Sritex Solo. ANTARA FOTO/Mohamamd Ayudha

KBR, Solo - Tim kurator menyebut ada sejumlah perusahaan yang mengajukan diri menjadi investor baru PT Sritex usai dinyatakan pailit. Salah satu tim kurator, Denny Ardiansyah, mengungkapkan ada tiga calon investor yang akan menjalani appraisal atau penaksiran nilai aset PT Sritex.

Menurut Denny, kurator hanya melakukan uji kelayakan investor dan appraisal nilai sewa aset PT Sritex.

"Ini sewa-menyewa harta pailit, bukan model going concern kurator menjalankan produksi Sritex. Saat ini ada tiga (investor) yang tercatat di kami. Ada PT CBS, PT SRA dan PT LITI. Ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta. Bidang garment atau tekstil semua. Tapi sekali lagi, ini baru berminat, belum ada kesepakatan," ujar Denny di PT Sritex Sukoharjo, Rabu (5/3/2025) malam.

Denny menjelaskan tim kurator berada di Jakarta dan Jawa Tengah di mana aset PT Sritex berada.

"Kami belum bisa memastikan dua pekan ini PT Sritex bisa beroperasi lagi, tergantung proses appraisal dan yang jelas kami akan umumkan investor baru PT Sritex jika sudah selesai semua," katanya.

"Jadi kalau dikatakan dalam dua minggu sejak saat itu bisa beroperasi kembali, itu bukan statemen dari kurator," imbuhnya.

Denny menekankan fokus utama tim kurator adalah memfasilitasi hak-hak eks karyawan Sritex, termasuk gaji yang belum terbayar dan pesangon bagi 10 ribu pekerja yang tersebar di Semarang, Boyolali, dan Sukoharjo.

Sebelumnya, Mahkamah Agung (MA) menolak Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan Sritex ihwal status kepailitan. Sritex pailit karena memiliki utang hingga belasan triliun rupiah dan tak mampu melunasinya.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!