NUSANTARA
Puluhan Ternak Sembuh dari Penyakit Mulut dan Kuku di NTB, Caranya?
Pada tahun ini, tercatat ada 42 ekor ternak terinfeksi penyakit mulut dan kuku.
AUTHOR / Hermawan Arifianto, Sindu
-
EDITOR / Sindu

KBR, Jakarta- Puluhan ekor ternak di Nusa Tenggara Barat (NTB) sembuh dari penyakit mulut dan kuku (PMK). Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Muhamad Riadi mengatakan, total ada 42 ternak yang dinyatakan sembuh dari PMK.
"Tidak ada kasus penyakit mulut dan kuku pada ternak di Nusa Tenggara Barat," ujarnya di Mataram, Senin, 13 Januari 2025, seperti dikutip KBR dari Kantor Berita ANTARA.
Riadi menjelaskan, di NTB, kasus penyakit mulut dan kuku pertama kali dilaporkan pada 9 Mei 2022. Tepatnya, di Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Saat itu, ada 63 ekor hewan berkuku belah terkena PMK.
Pada tahun ini, tercatat ada 42 ekor ternak terinfeksi penyakit mulut dan kuku. Rinciannya, 13 kasus di Lombok Timur, 19 di Lombok Barat, 7 di Sumbawa Barat, dan 3 kasus di Dompu. Namun, kini seluruh ternak itu sudah sembuh.
Strategi
Ada sejumlah strategi yang dilakukan dinas kesehatan setempat untuk menangani penyakit mulut dan kuku. Yakni, penyemprotan disinfektan untuk hewan dan produknya, orang, dan kendaraan yang keluar masuk kandang, termasuk di perlintasan. Dinas peternakan juga memberikan vitamin dan obat-obatan untuk ternak, agar stamina dan imunitas ternak meningkat.
Sedangkan untuk vaksinasi, pemda memberikannya dengan skala prioritas, yakni untuk ternak yang rentan penyakit mulut dan kuku, semisal kerbau dan sapi. Pemotongan bersyarat juga dilakukan sebagai pencegahan.
PMK Merebak
Sebelumnya, penyakit mulut dan kuku (PMK) merebak di sejumlah daerah di tanah air. Seperti di Situbondo, Jawa Timur. Tercatat, hingga pekan kedua Januari, ada 210 ekor sapi terinfeksi PMK. Dari jumlah itu, 43 ekor sapi mati karena positif penyakit mulut dan kuku.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo Achmad Junaidi mengatakan, jika dihitung secara rata-rata, ada delapan ekor sapi mati karena PMK dalam sepekan. Ia mengeklaim, sebagian besar sapi yang mati berasal dari luar Situbondo yang belum divaksinasi PMK.
“Jadi, pemerintah provinsi pun saat ini sedang mengusahakan bagaimana vaksin masih bisa dibiayai pemerintah. Pemerintah kabupaten juga masih berusaha juga bagaimana menganggarkan vaksin ini dari pemerintah. Tetapi, sebelum itu turun dianjurkan masyarakat bisa melakukan vaksin mandiri, karena tidak semua peternak bisa melakukan vaksin mandiri, karena tidak semua peternak juga mampu,” ujar Achmad Junaidi, Rabu, (8/1/2025).
Vaksin Kosong
Achmad Junaidi menjelaskan, Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo telah memvaksinasi 1.500 dosis vaksin untuk mencegah penularan PMK pada ternak sapi. Total, sejak 2024, sudah lebih dari 400 ribu dosis vaksin telah disuntikkan.
Namun, kata dia, saat ini Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo sudah tidak lagi mempunyai stok vaksin. Stok vaksin yang ada sudah digunakan semua, baik yang berasal dari Kementrian Pertanian maupun pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pemkab berencana menutup pasar hewan di Situbondo untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit mulut dan kuku.
Sekilas tentang PMK
Mengutip distanpangan.baliprov.go.id, PMK adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular dan akut. PMK disebabkan virus foot and mouth disease virus (FMDV), yang tergolong keluarga picornaviridae.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang hewan berkuku genap/belah, semisal domba, babi, sapi, kambing, juga hewan liar seperti gajah.
Virus PMK bisa bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di kelenjar, tulang, susu serta produk susu. Penyakit mulut dan kuku memiliki masa inkubasi 1-14 hari.
Tanda hewan terkena PMK antara lain lepuh dan erosi di sekitar mulut, gusi, lidah, dan kulit di sekitar kuku, pincang, bahkan kuku bisa terlepas.
Baca juga:
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!