NUSANTARA
Kolaborasi Jitu untuk Merevitalisasi Sungai di Yogyakarta
KPLS Sungai Boyong memiliki agenda rutin dalam merawat sungai. Setiap seminggu sekali melakukan kerja bakti membersihkan sampah bersama dengan anggota dan tokoh masyarakat.
AUTHOR / Ken Fitriani
-
EDITOR / Resky Novianto
KBR, Yogyakarta- Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi dengan Komunitas Pegiat Lingkungan Sungai (KPLS) Boyong, Jaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, merevitalisasi sungai yang ada di daerah tersebut.
Kolaborasi itu dituangkan dalam beberapa riset dan kegiatan, salah satunya Boyong Edu Festival yang diselenggarakan pada 23-24 November di pesisir Sungai Boyong. Festival tersebut merupakan hasil gagasan lintas disiplin, antara Kelas Ekonomi Politik Pembangunan dari Departemen HI dan Kelas Metode Riset dari Departemen Manajemen Kebijakan Publik (MPK) UGM.
Ketua KPLS Boyong, Susanto mengatakan, kehadiran UGM selama beberapa tahun terakhir ini memberikan dampak signifikan dan positif bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah sungai yang bersih dari sampah serta adanya dampak ekonomi bagi pertanian di sekitar.
"Pertama dari segelintir teman-teman yang hanya 6-7 orang itu melihat mirisnya Sungai Boyong. Melihat warga masyarakat membuang sampah di bantaran Sungai Boyong itu menjadi pemantik teman-teman kami untuk bisa berkegiatan di lingkungan Sungai Boyong", katanya saat ditemui di sela kegiatan, Sabtu (23/11/2024).
Susanto menjelaskan, melalui kolaborasi ini, beberapa aspek krusial mulai dari pemahaman ekosistem sungai, konsep wisata tanggap bencana, hingga pemberian benih ikan turut difasilitasi oleh UGM.
"Kami terbantu di banyak sekali hal dengan kehadiran UGM di sini. Harapannya bisa terus dijalankan kerjasamanya," jelasnya.
Diungkapkan Susanto, KPLS Sungai Boyong memiliki agenda rutin dalam merawat sungai. Setiap seminggu sekali melakukan kerja bakti membersihkan sampah bersama dengan anggota dan tokoh masyarakat.
"Melalui kegiatan ini warga sekitar jadi teredukasi untuk tidak membuang sampah di sungai. Kami juga melakukan sosialisasi dan edukasi di setiap pertemuan dengan warga tentang pentingnya kebersihan lingkungan, terutama sungai," ujarnya.
Terkait dengan kebencanaan, lanjut Susanto, pihaknya memberikan sosialisasi tentang kebencanaan kepada warga masyarakat. Pihaknya juga memiliki tim rescue dan Tim Rajawali yang mengacu pada upaya kebencanaan.
"Upaya kami memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana warga kami yang selalu melakukan penebangan pohon secara membabi buta, entah itu bambu atau apa, kami beri edukasi. Itu yang bisa kami lakukan untuk menanggulangi bencana yang ada di wilayah kami," tandasnya.
Sementara Dosen Hubungan Internasional Fisipol UGM, Suci Lestari Yuana menambahkan, kolaborasi tersebut merupakan upaya keberlanjutan dalam merevitalisasi Sungai Boyong dengan melibatkan warga dan mahasiswa lintas disiplin UGM.
"Ini adalah perwujudan dari semangat kolaborasi lintas disiplin yang dirancang menghasilkan perubahan nyata dan berkelanjutan," imbuhnya.
Dalam festival tersebut, sebanyak 160 mahasiswa yang terbagi dalam 20 tim dikerahkan untuk mempresentasikan kepada warga mengenai masalah dan solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk mendukung revitalisasi Sungai Boyong agar ke depannya dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar.
"Festival ini sejatinya untuk memperkuat sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan terkait revitalisasi Sungai Boyong serta penerapan konsep ekonomi sirkular bagi masyarakat sekitar," pungkasnya.
Baca juga:
- BMKG Ingatkan Waspada Banjir Lahar Dingin
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!