NUSANTARA
Akademisi Usulkan Pencegahan Banjir di Jawa Tengah
Daerah rawan banjir di Provinsi Jawa Tengah meningkat 20 persen dalam setahun. Kenaikan ini diakibatkan pembangunan wilayah Jawa Tengah yang tidak memperhatikan lingkungan serta jenis tanah dan kekuatan daya resap air tanah.

KBR68H, Semarang - Daerah rawan banjir di Provinsi Jawa Tengah meningkat 20 persen dalam setahun. Kenaikan ini diakibatkan pembangunan wilayah Jawa Tengah yang tidak memperhatikan lingkungan serta jenis tanah dan kekuatan daya resap air tanah.
Untuk itu, Rektor Universitas Diponegoro, Sudharto meminta pemerintah membangun sumur resapan dan biopori. Keduanya sangat efektif apabila diterapkan di kota-kota besar Jawa Tengah maupun Indonesia.
“Memang tidak semua jenis tanah itu cocok untuk biopori dan sumur resapan itu. Kondisi tanah yang tingkat fermibilitasnya tinggi ketika dikeduk itu langsung airnya keluar itu ngga cocok itu penampung – penampung aja tapi daerah ini masih cocok. Jadi biopori itu sederhana aja sehingga air yang dari air hujan itu bisa meresap ke dalam tanah tidak menjadi air larian,” ujar Sudharto.
Saat ini ada 30 wilayah di Jawa Tengah yang rawan banjir terutama kota-kota pesisir seperti Semarang, Cilacap dan Purworejo. Pemanfaatan biopori sudah dilakukan di beberapa wilayah di Semarang tetapi belum maksimal. Pembuatan biopori dilakukan dengan memanfaatkan pipa bekas dan saringan, sedangkan untuk pembuatan sumur resapan diperlukan biaya Rp 300 hingga Rp 400 ribu.
Editor: Anto Sidharta
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!