NUSANTARA

Generasi Milenial, Rebutan Dua Kubu Pada Pemilu 2019

Generasi Milenial, Rebutan Dua Kubu Pada Pemilu 2019

KBR, Jakarta – Dua kubu yang akan bertarung pada Pemilu 2019 nanti, sama-sama berebut perhatian milenial dan menempatkan generasi milenial sebagai target penting yang suaranya harus mereka menangkan. Meski memiliki pandangan berbeda soal pengertian Milenial, namun keduanya sepakat untuk mengajak para milenial tidak antipati terhadap politik.

Dalam program Ruang Publik KBR, Senin (6/11/2018), Arya Sinulingga, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, dan Dahnil Anzar Simanjutak selaku Koordinator Juru Bicara Tim Badan Pemenangan Nasional Prabow-Sandiaga, berbincang mengenai persiapan mereka di Pemilu 2019 dan potensi dari para generasi milenial di demokrasi Indonesia.

Arya Sinulingga mengatakan, jika selama empat tahun pemerintahan Presiden Jokowi sudah memberikan ruang seluas-luasnya bagi generasi milenial unjuk gigi.

Ia menjelaskan, industri kreatif yang dimotori oleh para generasi milenial menjadi tumbuh subur dalam era pemerintahan sekarang. Menurutnya, hal itu adalah salah satu contoh kecil bagaimana Jokowi memberikan perhatian dan akses yang lebar kepada para generasi muda ini untuk berkarya.

“Sebagai politisi, Pak Jokowi juga cerminan dari sifat generasi milenial yang progresif. Pak Jokowi ini mendobrak pola politisi kita yang selama ini sulit digapai oleh rakyat biasa. Sebagai politisi, Pak Jokowi menghilangkan sekat tersebut sehingga ia bisa dengan sangat mudah diakses oleh rakyat,” kata Arya.

Dahnil memiliki pandangan berbeda soal milenial. Menurutnya, karakter utama milenial adalah kreatif dan otentik. Dahnil menilai selama ini ada pemahaman yang keliru terkait generasi milenial dan bagaimana memberdayakannya.

“Saat ini kita hanya tahu kalau ekonomi milenial itu hanya start up saja. Kita tidak bergerak di bidang itu saja. Prabowo-Sandi mau mendorong teman-teman milenial ke bidang yang lain, misalnya pertanian dengan memberikan insentif bagi mereka di bidang tersebut. Milenial itu harus punya watak kreativitas, jadi di mana pun mereka berkaya, kreativitas adalah "DNA" mereka,” katanya.

Meski begitu, bagi Arya dan Danil, politik adalah jalan kemuliaan untuk membuat kontribusi perubahan kepada bangsa. Di tengah gejolak politik identitas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, keduanya sepakat jika milenial harus terbebas dari isu murahan tersebut.

“Saya dan bang Arya mau bilang politik itu harus riang. Kami selalu katakan kita harus menggembirakan keberagaman,” ujar Dahnil.


Pesta Demokrasi yang Menggembirakan 

Tahapan formal Pemilu 2019 resmi dimulai dengan kampanye sejak 23 September lalu. Proses ini akan sampai pada puncaknya di hari pencoblosan, pada 19 April 2019 mendatang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah demokrasi Indonesia, pemilihan presiden dan pemilihan para anggota legislatif dilakukan secara serentak.

Untuk pemilihan presiden sendiri, tahun depan kita akan disuguhi rematch antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Hal yang juga menyita perhatian dari Pemilu 2019 adalah peran kunci dari para pemilih generasi milenial. Berdasarkan data dari KPU, total ada 70-80 juta suara milenial yang diperebutkan dari total 193 juta suara di pemilu tahun depan.

“Satu hal yang ingin kita tekankan dalam semarak pesta demokrasi ini adalah peran aktif dari masyarakat. Masyarakat wajib turut aktif dalam menjaga dan memberikan pengawasan proses pemilihan pemilu ini, agar harapan kita mendapatkan pemilu yang bersih, jujur, dan adil, serta menghasilkan pemimpin yang berkualitas bisa terwujud,” ucap Dahnil.

Arya Sinulingga menambahkan, tahap-tahap penting harus diawasi bersama. Selain penentuan Daftar Pemilih Tetap DPT  yang mendapatkan protes dari kubu Prabowo-Sandi, yakni proses perhitungan suara dan kecepatan data pemilihannya, agar segera diumumkan.

“Semakin cepat data masuk, maka semakin kecil kemungkinan kecurangan pemilu yang bisa dilakukan,” harap Arya.

Di tengah hiruk pikuk proses pemilu 2019 ini, kedua belah pihak sepakat untuk menghadirkan sebuah pesta demokrasi yang menggembirakan. Baik Arya dan Dahnil mengatakan, jika pemilu kali ini, sekat-sekat perbedaan ras, suku, agama bukan merupakan bagian dari strategi kampanye pihak mereka.

“Kami mau katakan politik itu harus riang gembira. Saya bisa beda pendapat dengan bang Arya, tapi kita berdua masih sama-sama respect. Inilah yang mau kita bagikan kepada pendukung kami masing-masing,” ujar Dahnil.



  • Pemilu 2019
  • Demokrasi
  • Milenial
  • Politik
  • Jokowi
  • Prabowo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!