BERITA

Perjuangan Ima Mencari Anggota Keluarga Pasca Likuifaksi

Perjuangan Ima Mencari Anggota Keluarga Pasca Likuifaksi

KBR, Palu- Wajah Ima masih menampakkan kesedihan. Jilbab merah muda dengan motif bunga Mawar, tak mampu menghapus pilu yang menyayat hatinya.

Ima adalah salah seorang korban selamat dari bencana likuifaksi atau dataran tanah yang bergerak di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) lalu.

Meski selamat, tapi Ima masih belum berhasil mendapat kejelasan nasib tiga anggota keluarganya yang tinggal serumah. Ketiganya adalah anak kandung Ima, keponakan dan kerabat. Rumah Ima yang ada di Perumahan Nasional, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulteng, lenyap tertelan dahsyatnya likuifaksi.

Saat kejadian, Ima lolos dari maut. Anak bungsunya yang masih bayi berusia satu bulan, terus Ima gendong, saat dirinya sempat melompat dari rumah ketika detik-detik gempa mengguncang Palu. Sekejap Irma dan bayinya telah berhasil menyelamatkan diri keluar dari rumah, bangunan tempat Ima siang-malam berteduh itu pun ambruk.

Ima harus mengalami luka lebam di sekujur tubuh. Maklum, Ima harus menyelamatkan dirinya sendiri, juga bayi mungil yang digendongnya. Ima menerabas semua halang rintang, puing bangunan dan melawan guncangan gempa. 

“Kaki saya sempat terjepit puing-puing, waktu itu saya hanya terus berdoa, dan berusaha, sampai akhirnya saya bisa keluar dari rumah. Bayi saya, masih terus dalam gendongan, saat kejadian mengerikan itu,” tutur Ima ketika dijumpai KBR tengah menggendong bayinya di teras rumah sanak keluarga yang menjadi lokasi pengungsiannya.

Cari Korban, Tempel Poster

Ima terisak. Sambil menahan tumpahan air mata, ia mengungkapkan kepedihan hatinya demi mengingat tiga anggota keluarganya yang masih belum kunjung ditemukan.

Bersama suaminya, perjuangan Ima mencari tiga anggota keluarganya yang lain, terus disertai untaian doa dan asa yang menggapai langit. Ikhtiar tak putus-putus Ima perbuat. Misalnya, dengan menempelkan poster yang isinya menampilkan foto wajah dan keterangan identitas tiga anggota keluarganya. Poster-poster yang Ima buat, ditempelkannya di posko-posko pengungsian dan penanggulangan bencana.

"Saya dan suami juga menempelkan poster-posternya di tembok bangunan pinggir jalan, yang masih kokoh tersisa dan tidak hancur diguncang gempa," aku Ima.

Ima juga menyebarluaskan foto anak sulung, keponakan dan kerabatnya yang masih hilang melalui aplikasi media sosial. Besar harapan, ada mukjizat dari Allah SWT untuk membawa pulang kembali ketiga anggota keluarganya tersebut.

Ima bersama suami tercintanya juga nekat melakukan pencarian korban dengan cara melakukan penggalian di sekitar area bekas rumahnya dulu. "Sudah 20 meter kita gali di sekitar rumah, juga tetap belum ketemu," ujar Ima memendam kecamuk batin.

Sudah hampir dua pekan pencarian Ima belum berujung. Tiga anggota keluarganya - seorang anak kandung, keponakan dan kerabat - masih belum diketahui nasibnya. Entah mereka ada dimana? Pertanyaan yang sama seolah terlontar dari kedua tatap mata Ima yang menerawang jauh. Tatapan kosong tapi penuh dengan sekantong isi duka lara. Kerinduan Ima dengan tiga anggota keluarganya, adalah sama dengan bait-bait doa yang senantiasa kita rapalkan untuk mereka korban gempa, tsunami dan likuifaksi di bumi Sulawesi Tengah.

Ima tidak sendiri. Masih banyak "Ima-Ima" lain yang bernasib sama.

Ima, doa kami selalu bersama.


Editor: Fadli Gaper 

  • likuifaksi
  • donggala
  • gempa sulawesi tengah
  • sigi
  • palu
  • gempa dan tsunami Palu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!