BERITA

Tak Hanya Sengon, PLN Juga Sebut Kukang Penyebab Listrik Mati

Tak Hanya Sengon, PLN Juga Sebut Kukang Penyebab Listrik Mati

KBR, Lampung - Belakangan ini beredar isu bahwa pemadaman listrik massal di Pulau Jawa hari Minggu (4/8/2019) terjadi karena "gangguan" pohon sengon.

Tapi, lain tempat lain pula kisahnya. Di Sribhawono, Lampung Timur, listrik PLN bisa mati karena satwa kukang.

Menurut Manager Rayon PLN Sribhawono, Miftahul Huda, di wilayahnya kukang sering lalu lalang melewati kabel listrik. Tak jarang juga hewan pemalu itu terjebak di kabel tanpa pembungkus yang dialiri arus listrik utama.

"Karena kukang tersetrum lalu terjadi konsleting, berakibat pemadaman, jadi bukan kesengajaan," ujar Miftahul Huda kepada KBR, Kamis (8/8/2019).


PLN "Berburu" Kukang

Untuk mencegah gangguan listrik, PLN Bandar Sribhawono mengaku biasa melakukan operasi pengawasan di jalur-jalur listrik yang rawan gangguan alam.

Hasilnya, dari tiga kali operasi dalam kurun waktu satu bulan, PLN Sribhawono bisa menangkap hingga 189 ekor kukang.

"Ratusan kukang tersebut dilepasliarkan ke hutan Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK)," jelas Manager Rayon PLN Sribhawono.

"Kami juga sudah berikan penghalang di tiang listrik agar kukang tidak naik ke atas menuju kabel utama, namun tetap saja kukang bisa merambat pada kabel melalui pohon-pohon yang tinggi," kisahnya lagi.

Selain kukang, PLN Sribhawono juga menghadapi ancaman gangguan listrik akibat tanaman yang tumbuh tinggi dan layangan nyangkut.

Saat ini PLN Sribhawono sudah memiliki pos pengaduan di empat titik di Lampung Timur, yaitu di Kecamatan Sekampungudik, Sribhawono, Way Jepara dan Jabung.

"Jika ada hal hal yang diperkirakan mengganggu arus listrik masyarakat bisa mengadu ke pos pengaduan tersebut," jelas Manager Rayon PLN Sribhawono. 

Editor: Adi Ahdiat

  • PLN
  • Listrik Padam
  • Pemadaman Listrik
  • Lampung

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!