BERITA

Rusuh Deiyai Papua, Saksi: Dipicu Warga Tertabrak

""Sekitar pukul 12.00 WIT, ribuan demonstran lainnya menuju ke kantor Bupati untuk bergabung,""

Kevin Candra, Arjuna Pademme

Rusuh Deiyai Papua, Saksi: Dipicu Warga Tertabrak
Ilustrasi: Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta-  Salah satu warga Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua, Yulian Atowa Mote menyatakan demonstrasi di halaman kantor Bupati Deiyai pada Rabu (28/8/2019) yang berakhir rusuh dipicu meninggalnya seorang demonstran karena ditabraknya sebuah mobil. Mobil yang keluar dari bagian belakang kantor bupati itu diduga dikendarai oknum aparat keamanan.

Yulian membenarkan adanya satu anggota TNI dan warga sipil yang tewas saat kerusuhan. Namun ia belum dapat memastikan jumlah warga sipil yang tewas.


Katanya, warga berdemonstrasi meminta Bupati Deiyai, Ateng Adowai menandatangani pernyataan sikap menolak rasisme dan meminta referendum. Saat demonstrasi pada Senin (26/8/2019), hanya Wakil Bupati Deiyai, Hengki Pigai yang menandatangani pernyataan sikap.


"Awalnya jumlah warga yang berdemonstrasi di halaman kantor Bupati Deiyai hanya ratusan orang. Sekitar pukul 12.00 WIT, ribuan demonstran lainnya menuju ke kantor Bupati untuk bergabung dengan warga lain," kata Yulian Atowa Mote, Kamis (29/8/2019). 


Menurut Yulian, ribuan demonstran berjalan kaki ke kantor bupati sambil menari. Namun dalam perjalanan ke lokasi demonstrasi, sebuah mobil keluar dari bagian belakang kantor bupati dan menabrak demonstran.

Pascakerusuhan, warga di luar Deiyai sulit melakukan akses komunikasi via telepon seluler dengan masyarakat yang berada di Deiyai. Komunikasi hanya dapat dilakukan via pesan singkat.

Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Deiyai, Petrus Badokapa membenarkan terjadinya demonstrasi rusuh di wilayah itu. Katanya, ada anggota TNI dan warga sipil tewas, serta terjadi perampasan senjata milik aparat keamanan.

 

"Benar, Deiyai kini darurat," kata Petrus Badokapa.

Baca:

- Rusuh Deiyai Papua, Kapolda: 3 Tewas, 10 Senjata Aparat Dirampas 

- Rusuh Deiyai Papua, Kapolri: Korban Sipil Tewas Karena Panah

Sebelumnya Kepala Kepolisian Indonesia Tito Karnavian menyebutkan tiga anggotanya terluka saat menangani rusuh di Deiyai, Papua. Kata Tito   kericuhan di Deiyai juga  menyebabkan satu anggota TNI tewas saat melakukan penjagaan.

"Peristiwa di Deiyai ini kita sesalkan sehingga akhirnya ada rekan kita satu anggota TNI yang gugur. Dia sedang menjaga kendaraan. Menjaga senjata yang disimpan dalam kendaraan kemudian lukai dan akhirnya dibacok dengan panah, senjatanya dirampas," ujar Kapolri Tito Karnavian di Mabes Polri, Kamis (29/08/2019).


Tito menyebut Penyerangan menyebabkan tiga anggota polri   terkena panah di leher dan dipunggung. Termasuk   dua anggota TNI juga terkena panah.

Kata Dia, kelompok yang melakukan penyerangan berasal dari Paniai. Mereka berbaur dengan kelompok yang melakukan aksi damai. Massa menggunakan panah, tombak dan parang untuk menyerang petugas.

"Petugas yang ada kemudian melakukan pembelaan diri,  saya dengar menggunakan peluru karet sehingga ada juga yang terkena bagian kakinya. Dari penyerang kemudian ada satu anggota penyerang juga yang meninggal dunia karena panah. TNI Polri tidak pernah gunakan panah. Panah ini berasal dari belakang  kelompok penyerang sendiri. Sehingga kita duga dia meninggal karena terkena panah dari penyerang sendiri," ujar Kapolri.

Kapolri Tito Karnavian telah menginstruksikan untuk mengirim pasukan pengamanan tambahan ke Deiyai dan Paniai, Papua. Sebanyak tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau 300 personel diterjunkan untuk mempertebal penjagaan di dua wilayah tersebut.

Personil tambahan juga diterjunkan ke Jayapura, Papua. Namun Tito tidak merinci jumlah personel tambahan itu.

Kemarin aksi demonstrasi  warga Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua berakhir rusuh. Kerusahan pecah saat demonstrasi yang digelar di halaman Kantor Bupati. 


Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Papua, Rudolf Alberth Rodja mengatakan, setidaknya sebanyak 10 senjata api milik aparat keamanan yang mengamankan demonstrasi, juga dirampas massa.


"Setelah merampas senjata, mereka melakukan penembakan ke arah anggota TNI/Polri," kata Rudolf Alberth Rodja, Rabu petang (28/8/2019).

Sebelumnya sejumlah media   asing menyebut ada enam warga sipil meninggal dan tujuh luka-luka saat insiden di Deiyai. Media sosial Puspen TNI yang telah terverifikasi menyebut berita itu sebagai hoaks. 


Editor: Rony Sitanggang

  • Kapolda Papua
  • Inspektur Jenderal Rudolf Alberth Rodja
  • konflik papua
  • rasisme
  • kerusuhan
  • Bupati Deiyai
  • Ateng Adowai

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!