BERITA

Populasi Turun, Pemkab Nunukan Wajibkan Kerbau di Krayan Bunting

Populasi Turun, Pemkab  Nunukan Wajibkan Kerbau di  Krayan Bunting

KBR, Nunukan–Pemerintah Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara mewajibkan kerbau di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan bunting melalui program Upaya Khusus Sapi Kerbau Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab). Hal ini dilakukan untuk menjaga populasi kerbau sawah Krayan yang terus menurun.  Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nunukan Muhammad Kholiq mengatakan,  populasi kerbau Krayan saat ini tinggal 3000 ekor, padahal dari pendataan dinas peternakan kabupaten Nunukan tahun 2015 masih mencatat 5000 ekor.

“Memang ada penurunan, karena penurunan itu diperkirakan mereka ini kan hari-hari besar pasti  dipotong atau dijual. Kedua pada saat anaknya kuliah pasti  kita jual itu.” Ujar Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nunukan Muhammad Kholiq, Senin (21/08/2017).

Muhammad Kholiq menambahkan, upaya peningkatan populasi kerbau sawah di Krayan juga dilakukan untuk menjaga produktifitas padi organik Krayan atau padi adan. Masyarakat di kecamatan Krayan mengandalkan ternak kerbau untuk proses penyiapan lahan sawah. Sdangkan   kotoran kerbau juga dimanfaatkan sebagai pupuk organik sebelum sawah ditanami padi adan. Turunnya populasi kerbau juga membuat luasan sawah yang digarap oleh warga ikut menurun.

“Sekarang ini lahan sawah kita ada 3500 hektare, yang ditanami 3.300. Jadi kalau populasi ternak kerbau meningkat, maka organiknya meningkat juga, kita gunakan kerbau untuk menginjak nginjak, kotoran kerbau itulah sebagai organiknya,” imbuhnya.

Melalui program peningkatan populasi kerbau sawah krayan hasil padi organik di Kecamatan Krayan diharapkan bisa meningkat dari 2 ton per hektare meningkat menjadi 3,5 hingga 4 ton.

Editor: Rony Sitanggang

  • Upsus Siwab
  • Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nunukan Muhammad Kholiq

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!