BERITA

Penahan Jembatan Ki Ronggo Ambrol, Kadis PUPR-BPBD Tak Kompak

Penahan Jembatan Ki Ronggo Ambrol, Kadis PUPR-BPBD Tak Kompak

KBR, Bondowoso- Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang PUPR menganggap robohnya dinding penahan jembatan Ki Ronggo di Bondowoso, Jawa Timur, Senin (31/7/2017) akibat faktor alam. Kejadian itu juga mengakibatkan tiga pekerja terluka.

Kepala Dinas PUPR, Karna Siswandi menampik tudingan ada yang tak sesuai dari proyek yang baru dimulai Juli itu.


“Ini murni bencana alam, jadi faktor alam. Memang tidak ada hujan tapi dari kemarin banyak alat berat lewat tidak terjadi apa-apa. Ini kehendak alam, padahal tidak ada getaran tapi bisa longsor,” kata Karna Siswandi, Senin (31/7/2017).


BPBD: Itu Bukan Faktor Alam

Namun hal itu dibantah Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso, Winarto. Dia mengatakan tidak ada faktor yang mendukung pernyataan tersebut.


“Itu kecelakaan kerja, bencala alam dari mana. Tidak ada angin tidak ada hujan kok bencana alam. Coba ditanya itu, Standar Operasional Prosedurnya bagaimana kalau menggali pondasi di medan seperti itu. Itu murni kecelakaan kerja,” kata Winarto.


Dikatakan Winarto, jika memang bencana alam, BPBD akan berada dilokasi untuk melakukan evakuasi. Selain itu, bencana alam biasa terjadi didahului dengan adanya tanda – tanda alam. Pihaknya meyakini ambrolnya dinding penahan di Jembatan Ki Ronggo adalah kecelakaan kerja.


Akibat kejadian ini Dinas PUPR memutuskan menghentikan proyek pembangunan dinding jembatan selama beberapa hari. PUPR akan mengkaji kembali letak dan posisi dinding pembatas jembatan apakah akan diubah atau tetap pada posisi semula.

Editor: Dimas Rizky

  • Infrastruktur
  • penahan jembatan ambrol
  • Jembatan Ambruk
  • jembatan Bondowoso
  • jembatan Ki Ronggo

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!