BERITA
Teknologi 5G, Menkominfo: Indonesia Belum Kebelet
"5G kecepatannya bisa 20 kali lipat, mau tidak bayar lima kali dari sekarang? Kan mahal."
AUTHOR / Adi Ahdiat
KBR, Jakarta- Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Rudiantara, mengatakan teknologi 5G belum menjadi kebutuhan mendesak di Indonesia. Ia menilai, pengusaha di Indonesia saat ini belum punya model bisnis untuk 5G.
"5G kecepatannya bisa 20 kali lipat, mau tidak bayar lima kali dari sekarang? Kan mahal. Jadi model bisnis untuk ritelnya belum ada," kata Rudiantara di gedung DPR RI, Jakarta, seperti dikutip Antara, Selasa (18/6/2019).
"Dari sisi model bisnis, kita saat ini untuk 5G belum kebelet," tambahnya.
Menkominfo Rudiantara juga menegaskan saat ini Indonesia belum punya infrastruktur pendukung 5G. Namun, jika ada pihak-pihak korporasi yang memiliki kebutuhan 5G mendesak, ia mengaku bisa mengadakan layanan tersebut di daerah-daerah terpencil.
"Bisa dua opsi, menunggu satelit selesai atau kami selenggarakan kalau kebelet-nya sudah pasti, kami bisa implementasikan menggunakan frekuensi 3,5 giga tetapi di daerah yang tidak dijangkau satelit," katanya.
Baca Juga:
Indonesia Bangun Satelit Terbesar se-Asia, Tapi Bukan untuk Pulau Jawa
Mengintip Kecanggihan 5G, Teknologi Internet Generasi Terbaru
Satelit 5G Indonesia Ditargetkan Rampung 2022
Saat ini pemerintah Indonesia sedang dalam proses membangun Satelit Republik Indonesia (SATRIA). Satelit yang ditargetkan rampung tahun 2022 ini dikabarkan memiliki kapasitas 150 Gbps dan bisa digunakan untuk teknologi 5G.
Layanan satelit SATRIA nantinya bisa menjangkau 150 ribu titik yang tersebar di wilayah Nusantara. Tapi, antena penerima gelombangnya tidak boleh dibangun di Pulau Jawa.
“Dari 150 ribu titik ini kita membutuhkan 150 ribu antena, namun dengan catatan tidak boleh dibangun di Pulau Jawa, tapi kita harus distribusikan ke daerah. Mungkin ada lima lokasi dengan 30 ribu (antena) masing-masing. Dengan skala ekonomi cukup ini akan menunjang pengembangan ekonomi daerah. Berikan otonomi kepada daerah jangan hanya berpusat di Jawa,” jelas Rudiantara saat penandatanganan perjanjian proyek SATRIA di Jakarta (3/5/2019).
Ia menyebut, satelit ini akan dimanfaatkan untuk pemerataan konektivitas serta peningkatan layanan publik di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Editor: Rony Sitanggang
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!