NASIONAL
Target Pemerintah Setop Impor Gula di 2025 Sulit Terwujud
Sampai saat ini pemerintah belum mampu mencukupi kebutuhan gula dalam negeri.
AUTHOR / Astri Yuanasari, Shafira Aurel
-
EDITOR / Wahyu Setiawan
KBR, Jakarta - Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai rencana pemerintah menutup keran impor gula mulai 2025 sulit terwujud. Sebab menurutnya, sampai saat ini pemerintah belum mampu mencukupi kebutuhan gula dalam negeri.
Dia menyebut, kebutuhan gula konsumsi masyarakat Indonesia sekitar 5 jutaan ton per tahun. Sementara produksi dalam negeri hanya mencapai 2,3 juta ton.
Artinya pemerintah harus punya program yang masif dan komprehensif untuk menggenjot produksi dalam negeri.
Khudori mengatakan salah satu faktor ketidakmampuan untuk mencukupi gula dalam negeri adalah lahan perkebunan yang makin sempit dan tingginya permintaan pasar.
"Iya tergantung apa yang dilakukan pemerintah, titik krusialnya itu salah satunya adalah lahan. Bertahun-tahun luas lahan tebu itu tidak bergerak dari 450-500-an ribu hektare dan ini sebagian besar lahannya petani. Petani itu akan tanam tebu kalau menguntungkan. Kalau tidak menguntungkan, dia pasti exit itu. Dan itu tampak betul dari penurunan luas tanaman tebu atau panen tebu. Yang tidak kalah penting berikutnya ya sebetulnya produktivitas," ujar Khudori kepada KBR, Rabu (10/12/2024).
Pada akhir 2016, pemerintah sempat menargetkan pengembangan lahan tebu seluas 600 ribu hektare di luar Pulau Jawa setiap tahunnya. Sehingga pada tahun 2019, total perluasan areal lahan tebu ditargetkan 2,4 juta hektare.
Namun menurut data BPS, luas areal perkebunan tebu Indonesia pada 2019 hanya mencapai 413 ribu hektare. Hingga tahun 2022, luas areal perkebunan tebu Indonesia mencapai 490 ribu hektare.
Khudori mendorong pemerintah menyiapkan langkah konkret lain untuk memastikan stok gula konsumsi masyarakat aman, khususnya saat menjelang Ramadan.
"Apalagi kita tahun depan Ramadan dan lebarannya maju, artinya pemerintah harus gesit melakukan terobosan-terobosan," ucapnya.
Khudori juga meminta pemerintah memasang target swasembada pangan yang lebih realistis.
Asosisi juga Ragu
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen juga meragukan target nihil impor gula di tahun depan. Jika target produksi gula dalam negeri tidak terpenuhi, ujungnya akan merugikan petani.
"Karena hari ini pun selama ini impor kita ini jauh lebih banyak dari sebetulnya kekurangan riil yang harus dipenuhi untuk gula konsumsi kita. Dan dampaknya karena gula impor ini lebih murah karena biayanya juga lebih murah dari produksi gula di Indonesia, maka dia menekan harga gula, dan itu berakibat petani kita penghasilannya berkurang," kata Soemitro kepada KBR, Rabu (11/12/2024).
Soemitro menambahkan, penghentian impor yang akan dilakukan dengan peningkatan produksi dalam negeri juga harus disertai dengan data produksi yang akurat.
"Indonesia harus benar-benar bisa meningkatkan produksi gulanya di tahun 2025 yaitu dari yang tahun 2024 ini 2,4 sekian juta ton, itu bisa meningkat cukup signifikan. Konon katanya ada yang sanggup sampai meningkat lagi 2,6 (juta ton). Nah ini kesanggupan ini tidak bisa kita terima begitu saja, kita harus mengawali ini dengan benarkah kita bisa memproduksi gula 2,6 juta ton?" imbuhnya.
Selalu Impor
Sebelumnya, pemerintah memutuskan menutup keran impor gula mulai tahun depan. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan target swasembada pangan juga dimajukan, dari semula 2028-2029 menjadi 2027.
Untuk mencapai target tersebut, Zulhas mengatakan pemerintah ingin belajar dari Vietnam, Thailand, Brasil, hingga Australia untuk bisa mengelola pengembangan perkebunan tebu.
Indonesia selalu mengimpor gula setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS, pada 2017 Indonesia mengimpor gula 4,4 juta ton. Di tahun yang sama, produksi gula dalam negeri mencapai 2,19 juta ton.
Impor sempat menurun menjadi 4 juta ton pada tahun 2019. Namun kembali naik hingga mencapai jumlah tertinggi pada tahun 2022 yakni 6 juta ton.
Thailand menjadi negara asal utama pemasok gula impor, kemudian disusul Brasil dan Australia.
Baca juga:
- Pemerintah Akan Setop Impor Garam Konsumsi Tahun 2025
- Kasus Impor Gula, Kejagung Bakal Periksa Eks Mendag selain Tom Lembong
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!