BERITA

Tak Ada Pulau di Maluku yang Cocok Dibangun Kilang

Pembangunan kilang Blok Masela di daratan Maluku mengancam lingkungan dan menimbulkan dampak sosial sosial.

AUTHOR / Dian Kurniati

Tak Ada Pulau di Maluku yang Cocok Dibangun Kilang

KBR, Jakarta– Koalisi Masela menyatakan tidak ada pulau di Maluku yang cocok dibangun kilang gas. Juru Bicara Koalisi Masela Azis Tunny mengatakan, pemerintah tidak bisa memaksa pembangunan kilang Blok Masela di daratan Maluku atau onshore karena aspek lingkungan, sosial, dan geografisnya tidak memungkinkan.


Koalisi Masela khawatir jika keputusan ini terealisasi  ancaman terhadap lingkungan sangat tinggi. Belum lagi ancaman terhadap efek sosial yang bisa saja muncul.  Azis menilai, rencana pemerintah membangun kilang gas seperti tidak memperhatikan setiap aspek secara detail.  "Pulau-pulau kecil di Maluku tidak bisa dibangun kilang" ujarnya. 


Blok Masela akan menjadi kilang yang besar dengan kebutuhan lahan sekitar 800 hektare. Perhitungan luas lahan itu, kata Azis, belum termasuk lokasi permukiman dan sentra pendukung lainnya. Menurut Azis penggunaan lahan seluas itu dipastikan bakal mengancam habitat flora dan fauna endemik Maluku.


Sementara dari aspek sosial, Azis mengkhawatirkan terjadi kesenjangan sosial. Azis mengatakan, kilang Masela berpotensi menyerap lebih dari 851 ribu pekerja. Padahal, kontribusi pekerja dari Maluku hanya sekitar 200 orang. "Akan ada banyak pendatang di Maluku dan berpotensi menimbulkan perbedaan nilai budaya" ujarnya.


Dua hari yang lalu, Presiden Joko Widodo memutuskan kilang LNG Blok Masela akan dibangun di darat atau onshore. Blok Masela adalah proyek pembangunan kilang dengan investasi senilai USD 16 miliar. Dalam setahun, diperkirakan kilang itu akan memproduksi 7,5 ton LNG. 


Sementara itu, Pemerintah Provinsi Maluku meminta pusat segera mengkaji sejumlah pulau yang akan dijadikan lokasi pembangunan kilang pengolahan gas abadi Blok Masela. Gubernur Maluku, Said Assagaff mengatakan, kajian ini perlu dilakukan agar pembangunan kilang benar mendorong pengembangan ekonomi daerah, sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan di kawasan itu. 


“Saya minta ada studi. Apakah itu nantinya di Saumlaki, apa di Selaru. Setelah itu baru bisa diputuskan mana yang terbaik.  Amdalnya juga mesti kita studi. Supaya ke depan lingkungan juga aman. Itu penting,” ujar Said Assagaf saat dihubungi KBR, Jumat (25/3/2016) 


Editor: Malika

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!