OPINI

Sembilan Belas 

Pergerakan informasi begitu cepat, jurnalisme yang berkualitas jangan sampai dilibas hoax.

AUTHOR / KBR

KBR 19 Tahun
KBR 19 Tahun

Sembilan belas tahun bukan waktu yang singkat bagi KBR melayani publik. Sejak pertama kali mengudara, 29 April 1999 lalu, cita-citanya jelas: membuka akses informasi dengan jurnalisme berkualitas ke publik. Radio jadi pilihan karena mudah diakses dan murah. Lewat satelit, produk-produk KBR ikut mendorong berbagai perubahan di penjuru negeri ini. 

Di Yahukimo, Papua, misalnya, KBR mendirikan radio lokal pasca terjadinya bencana kelaparan. Bencana itu terlambat kita ketahui karena keterbatasan akses informasi di sana. Di Aceh, KBR juga membangun kembali radio-radio yang dihempas tsunami. Radio menghubungkan keluarga yang tercerai berai dan kebingungan mencari satu sama lain. Sementara itu di Sumba, radio jadi sarana komunikasi warga untuk memecahkan masalah khas daerah mereka; pencurian ternak. 

Tahun berganti, radio terus menemui dan menjawab tantangan zaman. Pergerakan informasi begitu cepat, jurnalisme yang berkualitas jangan sampai dilibas hoax. Kami terus melayani publik lewat berbagai konten yang diproduksi KBR di berbagai platform. Termasuk juga lewat berbagai inisiatif di mana KBR terlibat - liputan investigasi kolaboratif, Indonesia Leaks bagi informan publik melaporkan informasi sampai upaya melawan hoax lewat Cek Fakta yang segera diluncurkan. 

Situasi jelang Pilpres sudah mulai panas. Kalau tak waspada, kita bisa terjebak pada bentrok antarkelompok yang berbeda aliran politik. Karena itulah penting untuk terus menghasilkan jurnalisme yang berkualitas, demi ikut menjaga kualitas demokrasi. Jurnalisme yang berkualitas menempatkan publik sejak dalam pikiran. KBR dibangun, tumbuh dan berkembang dengan semangat kepentingan publik. Terima kasih bagi semua yang mendukung KBR untuk terus menjaga cita-citanya.

 

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!