NASIONAL

Puncak El Nino di Indonesia September hingga Oktober

Pemerintah masih punya cukup waktu untuk bersiap menghadapi dampak El Nino di Indonesia. Antisipasi perlu segera dilakukan agar masyarakat siap menghadapi musim kering dan bisa menghindari gagal panen.

AUTHOR / Irvan Imamsyah

Puncak El Nino di Indonesia September hingga Oktober
el nino, kekeringan

KBR, Jakarta - Pemerintah masih punya cukup waktu untuk bersiap menghadapi dampak El Nino di Indonesia. Antisipasi perlu segera dilakukan agar masyarakat siap menghadapi musim kering dan bisa menghindari gagal panen. 


Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Edvin Aldrian mengatakan lembaganya masih mengkaji data mengenai El Nino sebelum diserahkan ke kementerian dan lembaga terkait. 


Sejauh ini BMKG memperkirakan El Nino yang melanda kawasan Indonesia tidak sekuat saat 1997 lalu. Menurut dia, El Nino akan melanda kawasan Indonesia pada Juli - Oktober. Di Indonesia, selain memicu kebakaran hutan dan lahan, El Nino juga menyebabkan puso pada lahan-lahan pertanian pangan.


"Puncaknya September-Oktober. Biasanya dia tembus akhir tahun, cuma di Indonesia kedatangan air hujannya tertunda saja. Yang dikhawatirkan, untuk suplai air dari reservoir, waduk atau danau terus kebakaran hutan yang menjadi ancaman,” papar Edvin. 


“Pemerintah bilang ini antisipasi gejolak kerawanan sosial akibat terjadinya puso di mana-mana. Antara bulan Juni sampai puncaknya September ada waktu dua bulanan untuk mengantisipasi," tambahnya. 


Edvin Aldrian mengatakan, El Nino biasanya merugikan para petani tanaman pangan. Sementara petani tembakau, garam dan pohon jati akan sangat diuntungkan dengan kehadiran El Nino. 


Sebelumnya, data satelit Badan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) menunjukan potensi El Nino kuat yang akan melanda kawasan Indonesia antara Juli dan September. El Nino merupakan fenomena kenaikan suhu perairan di Samudra Pasifik. Kenaikan suhu air laut ini memengaruhi persebaran pembentukan awan hujan. Dalam konteks Indonesia, El Nino akan semakin menghambat pertumbuhan awan hujan di wilayah barat hingga memicu kekeringan.


Editor: Antonius Eko 


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!