KBR68H, Jakarta - Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan kelemahan pada otot.
Penulis: Ade Irmansyah
Editor:

KBR68H, Jakarta - Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan kelemahan pada otot. Pada penyakit ini antibodi atau kekebalan tubuh akan menyerang sambungan saraf. Secara sederhana bisa disebut kekacauan penyimpangan antara saraf dan otot, yang antara lain memengaruhi kekebalan tubuh manusia. Serangan itu bisa terjadi pada otot apa saja, tapi yang paling umum terserang adalah otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batuk dan ekspresi wajah.
Bahu, pinggul, leher, otot yg mengontrol gerakan badan serta otot yang membantu pernafasan juga dapat terserang. Penyebab pasti reaksi sel antibodi yang menyerang belum diketahui. Gejalanya yang timbul juga dapat dilihat dari terjadinya kelemahan pada beberapa otot. Secara fisik yang bisa dirasakan, adalah kelelahan terus-menerus, dan pagi hari saat bangun tidur, kelopak mata menjadi separuh tertutup.
Lalu, siang hari mata menjadi tertutup karena merasa ngantuk dan lemas. Jika menyerang otot pernafasan misalnya, akan menyebabkan penderita mengalami beberapa gangguan dalam pernafasan, mulai dari nafas yang pendek, kesulitan untuk menarik nafas yang dalam sampai dengan gagal nafas sehingga memerlukan bantuan ventilator.
Penyakit ini termasuk penyakit langka, dengan prevalansi 1 di antara 1.000. Pada penderita MG, sel antibodi tubuh atau kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. Jika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.
Yudith Rahman, Dokter yang juga sekaligus pengidap Myasthenia Gravis menjelaskan Myasthenia Gravis adalah penyakit kelemahan pada otot, maka gejala-gejala yang timbul juga dapat dilihat dari terjadinya kelemahan pada beberapa otot. Otot-otot yang paling sering diserang adalah otot yang mengontrol gerak mata, kelopak mata, bicara, menelan mengunyah, dan bahkan pada taraf yang lebih gawat sampai menyerang pada otot pernafasan.
Dengan ikut terserangnya otot-otot yang mengontrol pernafasan, maka hal ini menyebabkan penderita mengalami beberapa gangguan dalam pernafasan, mulai dari nafas yang pendek, kesulitan untuk menarik nafas yang dalam sampai dengan gagal nafas sehingga memerlukan bantuan ventilator. Kata dia, Penyakit MG ini memang sulit disembuhkan, si penderita sangat tergantung pada obat-obatan seperti mestinon. Mestinon (Pyridostigmine bromide) merupakan obat yang digunakan untuk mengobati kelemahan otot pada orang dengan Miastenia Gravis.
“Penderita harus minum obat seumur hidup sampai dinyatakan remisi. Kita menyebutnya our magic pil, kalo abis diminum langsung seperti sehat, setiap penderita MG pasti mengonsumsi Mestinon. Kemudian yang kedua adalah obat-obatan untuk menekap anti body, tapi ini tidak semua mengonsumsi. Kalau untuk penekan anti bodynya sendiri tergantung kepada gejala dan dokter yang merawat" kata Yudith.
Namun kata dia, selain obat, penderita MG sangat membutuhkan Self Management, atau si penderita dan keluarganya mengetahui lebih jauh mengenai MG itu sendiri.
”Ketika MG tertangani dengan baik, insya allah itu semua bisa tertangani dengan baik. Selain dari obat-obatan itu memang perlu self management ya. Pertama kita harus tau dulu MG itu apa, kalau kita sudah tau bagaimana sih cara kita hidup berdampingan dengan MG. Kita tidak perlu saling mengalahkan atau sikut-sikutan dengan MG ini, karena memang tidak bisa dilawan”, kata dr Yudith.
Dr Yudith menjelaskan bahwa jarang sekali penderita MG terdeteksi dengan cepat. Dokter kadang mendiagnosa macam-macam mulai sesak napas, amandel hingga TBC yang membuat susah bernapas. Penyebab pasti reaksi autoimun atau sel antibodi yang menyerang reseptor acetylcholine belum diketahui. Tapi pada sebagian besar pasien, kerusakan kelenjar thymus menjadi penyebabnya. Maka itu kebanyakan si penderita akan menjalani operasi thymus.
Dyani Gobel, wanita 26 tahun ini adalah salah satu penderita MG. Dyan divonis menderita MG sejak usianya 1 tahun. Pertama kali mengalami gejala penyakit ini, ia dan keluarga tidak mengetahui banyak tentang MG, bahkan dyan diduga diguna-guna.
“Dulu waktu awal-awal kita belum tahu ini penyakit apa, malah dikira kena guna-guna karena saya ngomongnya jadi suah pelo. Pas SD saya juga pernah jatuh. Sakit apa sih ini ? kok gak konsisten banget. Sampai akhirnya saya menemukan komunitas MG di internet dan saya baru tau kalau yang menyebabkan gekala-gejala itu semua adalah MG", kata Dyan.
Gejala awal dirinya menderita MG adalah kelopak mata turun bergantian kanan dan kiri, ketika bangun tidur merasa mual. Dan seiring berjalannya waktu, mata Dyani bahkan tidak bisa melirik. Saat penyakit ini kambuh, Dyani sempat mengalami koma dan harus masuk ICU beberapa kali. Terlalu sedih, stres, kelelahan, marah atau terlalu gembira bisa mengakibatkan penderita MG mengalami kekambuhan bahkan sampai mengalami gagal napas karena saraf-saraf napas tidak bisa bergerak.
“Pada tahun 2003 atau tepatny pada saya berusia 16 tahun, saya pernah mendapatkan gejala gagal nafas. Umur 16 tahun saya di ICU selama 2 bulan akibat otot nafas yang diserang sehingga otot nafas saya menjadi lemah dan gak bisa nafas sendiri”, Jelas Dyan.
Tapi penyakit ini bisa mengalami remisi atau waktu tidak kambuh. Menghindari stres dan kelelahan sangat disarankan agar penyakit ini tak gampang kambuh. Dyan sekarang sudah membaik, dia mengaku tak pernah membatasi aktivitasnya.
Editor: Doddy Rosadi