NASIONAL

Pemerintah Mesti Waspadai Penurunan Produktivitas Padi. Apa Saja Faktor Risikonya?

Penurunan produktivitas padi dan dampak perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan swasembada pangan.

AUTHOR / Hoirunnisa

EDITOR / Muthia Kusuma

tani
Buruh tani saat panen raya di Demak, Jawa Tengah, Jumat , (26/1/2018) (FOTO: ANTARA/Aji Setyawan)

KBR, Jakarta- Kalangan ekonom menilai program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintahan Prabowo merupakan langkah positif. Namun Peneliti Core Indonesia, Eliza Mardian mengingatkan pentingnya pendekatan yang holistik, tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi. Kata dia, meskipun saat ini Indonesia telah mencapai swasembada untuk beberapa komoditas seperti beras, cabai, bawang merah, ayam, dan telur, namun keberlanjutannya dipertanyakan.

"Kita masih tergolong swasembada jika mengacu pada definisi FAO. Nah tapi swasembada ini belum tentu berkelanjutan karena apa? kita lihat tren produktivitas padi misalnya, itu terus turun. Ditambah lagi dengan adanya dampak dari perubahan iklim ini kan semakin terasa ya," ucap Eliza kepada KBR, Kamis, (24/10/2024).

Eliza mengkritik kebijakan pemerintah yang lebih fokus pada ekstensifikasi pertanian, seperti mencetak sawah baru.

"Padahal, intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi, manajemen hama penyakit, dan penggunaan benih unggul lebih efektif," tegasnya.

Baca juga:

Eliza menyoroti pentingnya pengembangan varietas lokal untuk meningkatkan produktivitas padi di Indonesia.
Ia mencontohkan keberhasilan pengembangan varietas lokal di Indramayu yang mampu menghasilkan produktivitas dua kali lipat dari varietas yang ada saat ini.

"Kita bayangkan kalau misalnya setiap daerah memiliki varietas lokal yang produktivitasnya tinggi, tanpa harus mengorbankan lahan hutan," ujarnya.

Eliza juga mengkritisi rencana pemerintah untuk menargetkan panen padi tiga kali setahun di Merauke.

"Ini harus dihitung kebutuhan airnya. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan proyek-proyek zaman dulu yang gagal dan merusak lingkungan," tegasnya.

Baca juga:

Menurut Eliza, pengembangan varietas lokal merupakan langkah yang lebih efektif dibandingkan dengan ekspansi lahan pertanian ke hutan.

"Kita harus belajar dari kesalahan masa lalu dan fokus pada intensifikasi pertanian," ucapnya.

Eliza juga menyarankan agar pemerintah fokus pada peningkatan kesejahteraan petani.

"Dengan memberikan kepastian harga dan pasar, petani akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produktivitas," ujarnya.

Selain itu, Eliza menekankan pentingnya membangun ekosistem riset dan inovasi, serta memperbaiki infrastruktur irigasi. 

"Infrastruktur irigasi di Indonesia banyak yang rusak dan perlu diperbaiki. Pemerintah perlu memprioritaskan belanja untuk irigasi, membangun ekosistem riset dan inovasi, serta memberikan dukungan kepada kelompok tani," pungkasnya.


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!