NASIONAL
Menilik Upaya Negosiasi RI Soal Tarif AS, Apa Poin yang Penting?
Trump memutuskan menunda selama 90 hari tarif impor ke berbagai mitra dagang, kecuali Cina.

KBR, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Airlangga berangkat ke Washington, Selasa (15/04/25) malam, sebagai tim negosiasi Indonesia dengan Pemerintah AS di Washington D. C., Amerika Serikat. Selain Airlangga, ada Menteri Luar Negeri Sugiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menjadi bagian dari tim.
Airlangga menyebut target utama tim negosiasi adalah agar AS menurunkan tarif impor resiprokal 32 persen yang dibebankan kepada Indonesia. Ia mendorong adanya hasil yang konkret dari perundingan tim negosiasi Indonesia dengan Pemerintah AS.
“Artinya, specific outcome itu lebih penting sehingga kami dalam tanda petik, kalau untuk perjanjian nanti, framework, berikut dalam bentuk limited FTA (perjanjian pasar bebas), atau kita pernah punya TIFA (Trade and Investment Framework Agreement) dengan Amerika. Nah, itu yang dalam format perjanjian. Kami minta outcome yang spesifik, yang pragmatis saja,” kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (15/04/25).
Di Washington, perundingan antara Pemerintah RI dan Pemerintah AS dijadwalkan berlangsung pada 16–23 April 2025.
Baca juga:
- Imbas Kebijakan Tarif Donald Trump, Prabowo Siap Buka Perundingan
- Pakar: Jangan Tergesa Negosiasi Tarif Trump, Wait and See Dulu
Optimisme Prabowo
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto juga menyatakan optimistis dengan istilah 'pak pok' alias Indonesia bisa mengusulkan tukar-menukar impor dan ekspor yang adil atau setara dalam menghadapi tarif impor AS sebesar 32 persen. Kata Prabowo, Indonesia hal itu bisa ditawarkan sebagai negosiasi dengan pihak Amerika Serikat soal tarif resiprokal.
"Dalam kita negosiasi, kita juga bukan tidak punya kiat-kiat yang cukup meyakinkan. Sebagai contoh, surplus kita 17 miliar dolar sama Amerika. Itu yang jadi masalah bagi mereka kan? Saya sangat confident, saya sudah menugaskan Menko Perekonomian negosiasi kita sudah sampaikan Pak Luhut juga kita bisa kita bikin 'Pak Pok'," kata pada sesi dialog pada acara Sarasehan Ekonomi yang digelar di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (08/04/25).
Pak pok yang dimaksud Prabowo adalah dengan surplus 17 miliar rupiah, Indonesia bakal membeli produk Amerika sebesar 17 miliar sebab Indonesia bukan negara miskin. Prabowo merinci, beberapa komoditas yang bisa diimpor Indonesia dari AS yakni elpiji, BBM, hingga alat teknologi agar bisa setara dengan surplus yang sudah didapat.
Baca juga:
- Imbas Kebijakan Tarif Donald Trump, Prabowo Siap Buka Perundingan
- Perang Dagang AS-Cina Ancam Ekonomi Indonesia, Ini Kata Ekonom
Masukan Kepada Pemerintah
Pengamat ekonomi dari lembaga kajian ekonomi INDEF, Eko Listiyanto mengingatkan agar tim yang melakukan negosiasi ke Amerika Serikat jangan hanya fokus terhadap neraca perdagangan barang Indonesia yang surplus terhadap AS. Sebab di sisi lain, neraca jasa perdagangan jasa Indonesia ke AS justru defisit. Poin ini kata dia menjadi nilai tawar dalam negosiasi terhadap tarif resiprokal yang ditetapkan AS.
“Sebetulnya di perdagangan jasa Indonesia juga masih defisit dengan Amerika Serikat. Kalau menurut saya nanti juga yang menjadi bargaining position kita kenapa kita perlu menegosiasikan tarif itu adalah di dalam sektor barang kita surplus, tapi di jasa itu kita masih defisit. Kalau kita enggak mendorong perdagangan Indonesia dengan Amerika serikat maka nanti lama kelamaan surplus neraca perdagangan jasa yang dinikmati Amerika saat ini pun juga bisa turun,” kata Eko kepada KBR (16/04/25).
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira justru mempertanyakan efektivitas negosiasi Indonesia terhadap Amerika. Alih-alih nego meminta tarif resiprokal diturunkan hingga harus menurunkan pertahanan ekonomi, Ia meminta pemerintah fokus memperkuat pasar di tanah air dan tidak mengeluarkan kebijakan yang prematur dalam merespon kebijakan tarif impor AS sebesar 32 persen.
“Kita bisa menggunakan banyak cara ya untuk shifting ke pasar negara lain. Bukan kita yang justru dibanjiri karena kita menurunkan pertahanan justru sekarang. Nah pertahanan terbesar di Indonesia kan pasar domestiknya yang harus dijaga. Kalau pertahanannya jebol ya mau bertahan bagaimana? Justru nanti sebelum Amerika resesi, ekonomi Indonesia resiko tinggi resesi duluan. Itu yang dikhawatirkan,” kata Bhima.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor ke banyak negara di seluruh dunia. Negara Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen.
Meski begitu, pada 9 April 2025 Trump mengumumkan pemberian jeda selama 90 hari alias tiga bulan untuk penerapan tarif impor itu kepada sebagian besar negara termasuk Indonesia dan kecuali Cina.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!