NASIONAL

Lima WNI Ditembak Aparat Malaysia, DPR Desak Pengusutan Terbuka

"Harus ada keterbukaan dan kejelasan, sejauh mana situasinya, eskalasinya setinggi apa hingga sampai harus ada penembakan."

AUTHOR / Ardhi Ridwansyah

EDITOR / Agus Luqman

Google News
Lima WNI Ditembak Aparat Malaysia, DPR Desak Pengusutan Terbuka
Ilustrasi. (Foto: WikiHow/Creative Commons)

KBR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Bidang Luar Negeri DPR RI Fraksi Golkar Dave Laksono meminta agar kasus penembakan terhadap lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia diusut dengan terbuka dan transparan baik oleh aparat Malaysia dan Pemerintah Indonesia.

Dave meminta kementerian lembaga Indonesia seperti Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Badan Keamanan Laut (Bakamla), TNI Angkatan Laut, dan kepolisian terlibat dalam pengusutan kasus itu.

“Bila memang ada pelanggaran hukum yang dimana para aparat dari Malaysia diwajibkan menggunakan kekerasan itu harus ada keterbukaan dan kejelasan sejauh mana situasinya, eskalasinya setinggi apa hingga sampai harus ada penembakan,” ucapnya melalui video yang diterima KBR, Selasa (28/1/2025).

Dave berharap masalah ini bisa diusut tuntas dan dapat disampaikan secara terbuka, tak ada yang ditutup-tutupi.

“Jangan sampai menjadi preseden yang buruk menutup-nutupi kasus yang mengakibatkan orang meninggal,” katanya.

Sebelumnya, Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) menembak lima WNI pekerja migran Indonesia (PMI) unprocedural, Jumat (24/1/2025) sekitar pukul 03.00 WIB di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia.

Kejadian itu mengakibatkan satu orang meninggal dunia, dan empat orang lainnya luka-luka.

Kepolisian Malaysia mengklaim tembakan yang diletuskan untuk membela diri karena ada perlawanan dari WNI setelah sebelumnya kapal mereka bertabrakan dengan kapal polisi Malaysia.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!