EDITORIAL
Kepada Perempuan
Sampai kepemimpinan perempuan atas dunia terwujud, saya ingin pemimpin laki-laki berbuat lebih banyak untuk mencapai kesetaraan bagi perempuan, muda maupun dewasa.
AUTHOR / KBR68H
Maret kali ini adalah bulan paling penting bagi Perempuan. Bulan ini—terutama 8 Maret—adalah perayaan perempuan sedunia dan peringatan bagi laki-laki, juga sedunia, untuk memberi banyak jalan bagi kaum yang selama ini berada di sebelahnya tapi sering disisihkan.
Kemarin, Desmond Tutu, salah seorang tetua yang tergabung dalam organisasi The Elders, berkirim surat elektronik ke seluruh dunia. Ia menulis diantaranya:
“Kami—lelaki—telah membuat segalanya berantakan. Saya ingin dunia dipimpin oleh perempuan. Saya kira kita harus mulai menyadari bahwa dunia yang adil, dunia yang damai, tak dapat kita miliki bila setengah dari populasi manusia (para perempuan) kita sisihkan. Tidak benar bila seorang anak Tuhan dikutuk tak berdaya hanya karena ia anak perempuan. Beri ia kekuatan untuk menjadi apapun yang ia bisa, maka dunianya—yang juga dunia kita—akan berubah.
“Sampai kepemimpinan perempuan atas dunia terwujud, saya ingin pemimpin laki-laki berbuat lebih banyak untuk mencapai kesetaraan bagi perempuan, muda maupun dewasa.”
Desmond Tutu, seperti juga Helen Reddy yang meraungkan lagu ‘I Am Woman’, tahu betul bahwa perempuan sejatinya bijak bestari. “Kebijakan yang lahir dari rasa sakit,” demikian kata Reddy. Tapi, “If I have to/ I can do anything/ I am strong/ I am invisible / I am woman.”
Kami, perempuan, terlalu besar untuk diabaikan.
Kita di Indonesia pernah kecewa kepada beberapa perempuan yang berhasil mencapai posisi elit politik tapi terbukti culas, tidak bijak, curang, alias korup. Perempuan yang masuk ke politik, ke dunia yang diaku melulu sebagai dunia laki-laki itu, ternyata terjebak machoisme yang cenderung membolehkan berbagai cara demi kemenangan. Cara yang bukan khas perempuan.
Penyebabnya macam-macam. Mulai dari rekrutmen perempuan ke dalam politik yang setengah hati, dan tak membawa wacananya sendiri tapi ditundukkan oleh wacana laki-laki, hingga dominasi panggung dan keputusan publik oleh lelaki. Kesetaraan dimanipulasi oleh angka, oleh cara, dan disajikan seolah-olah sudah benar.
Yang sebenar-benarnya benar itu, ini kali harus digelar. Ini bukan ajakan perang terhadap laki-laki. Tapi bersungguh-sungguh memaksa mereka membuka jalan. Bila jalan itu masih mau terus ditutup.
Perempuan sedunia: carpe diem. Rengkuh ini hari.
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!