NUSANTARA
Jelang Ramadan, Penganut Kejawen Minta Izin Ritual Punggahan Dilonggarkan
Sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, seluruh prosesi keagamaan, budaya dan adat Kejawen dilakukan dengan sangat terbatas.
AUTHOR / Muhamad Ridlo Susanto
KBR, Cilacap – Penganut Kejawen dan pelestari adat di Kabupaten Cilacap berharap ritual Punggahan jelang Ramadan yang akan digelar di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Banyumas pertengahan Maret ini dilakukan lebih longgar seturut menurunnya kasus Covid-19.
Ketua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi, Nakam Wimbo Prawiro mengatakan sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, seluruh prosesi keagamaan, budaya dan adat dilakukan dengan sangat terbatas.
Pada 2021 misalnya, ritual Punggahan hanya diikuti oleh perwakilan masing-masing kelompok dengan jumlah sangat terbatas. Padahal, biasanya ritual diikuti oleh ribuan orang anak cucu penganut Kejawen.
Baca juga:
- Pandemi, Komunitas Banokeling Banyumas Batasi Peserta Ritual Adat
- Lindungi Penganut Kepercayaan, NU Cilacap Dampingi Desa Inklusi
Nakam mengatakan tahun lalu, Kejawen Kalikudi hanya memberangkatkan 12 orang perwakilan. Biasanya yang berangkat dari Kalikudi mencapai hampir 500 orang.
Ia berharap, dengan penurunan angka Covid-19 ini, ritual punggahan lebih dilonggarkan dan bisa diikuti oleh sebagian anak putu, meskipun tidak seluruhnya.
Begitu pula dengan prosesi jalan kaki napak tilas bisa kembali dilakukan.
“Harapan anak putu, kalau memang ada PPKM, karena PPKM lain kabupaten sih, karena ini masuk Banyumas masalahnya. Tapi tetap kita senantiasa rujukannya kepada pemerintah. Tapi harapannya, kepingin sekali kayak dulu, anak putu bisa napak tilas, seperti dulu, tidak dibatasi," kata Nakam.
Ritual punggahan dilakukan tiap tahun oleh komunitas Kejawen di Pekuncen, Banyumas.
Dalam kondisi normal, belasan ribu orang dari berbagai daerah, terutama Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara hadir dan mengikuti ritual jelang Ramadan ini.
Editor: Agus Luqman
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!