NASIONAL
Dukacita Kepergian 'Figur Ayah Dunia' Mengalir dari Tanah Air
Kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan figur ayah dunia, a global father figure, bagi umat manusia lintas agama.

KBR, Jakarta - Sejumlah organisasi ormas keagamaan di Indonesia menyampaikan pernyataan dukacita atas wafatnya Sri Paus Fransiskus.
Mengutip dari pgi.or.id, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan dukacita yang mendalam atas wafatnya Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia Sri Paus Fransiskus, SJ, gembala agung yang telah menjadikan kemanusiaan sebagai altar utamanya dan dunia sebagai ladang kasihnya.
Bernama asli Jorge Mario Bergoglio, putra Argentina yang sederhana itu, bukan sekadar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik. Ia adalah suara profetik dalam dunia yang bising oleh politik identitas, ekonomi eksklusi dan agama yang sering kehilangan kasih.
PGI menilai, Paus Fransiskus merupakan figur yang dikenal menolak kemewahan dan memilih untuk memeluk kemiskinan Yesus.
Paus menolak menjadi pangeran gerejawi tetapi menjadi sahabat para migran, pelindung bumi yang terluka, dan advokat tanpa pamrih bagi perdamaian global—termasuk bagi negeri-negeri seperti Indonesia yang ia puji sebagai teladan kerukunan antaragama.
Dalam beberapa kali pernyataannya, Paus menyebut Indonesia sebagai contoh pluralisme yang perlu dirawat dan dipeluk, bukan sekadar ditolerir. Ia paham, damai bukanlah absennya konflik tetapi hadirnya keadilan. Dan dalam diplomasi diamnya, Indonesia dijadikannya cermin untuk dunia, bahwa iman tak harus menjauhkan, tetapi bisa memeluk yang berbeda tanpa kehilangan kebenaran.
Kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan "figur ayah dunia" (a global father figure) bagi umat manusia lintas agama. Ia menembus sekat identitas, bukan karena ia membaur, tetapi karena ia mencintai dari kedalaman spiritualitas Yesus yang menderita.

Umat Katolik melaksanakan doa rosario saat misa harian di Gereja Katolik Santo Mikael Jalan Tanjung Sadari, Surabaya, Jawa Timur, Senin (21/4/2025). Pada misa harian itu juga digelar doa bersama dan doa rosario untuk Pemimpin Umat Katolik Dunia Paus Fransiskus yang meninggal dunia pada Senin (21/4). (Foto: ANTARA/Didik Suhartono/foc).
Dunia tidak hanya berduka karena kehilangan seorang Paus, dunia berduka karena kehilangan "jantung moral" yang berdetak bagi yang tak bersuara.
Paus bukan sekadar institusi. Ia adalah simbol kolektif dari harapan baru, bahwa kekudusan tidak harus dilahirkan dari menara gading, tetapi dari dapur rakyat, lorong pengungsi, dan tangis bumi yang terabaikan. Ia adalah “imam besar” dalam pengertian paling manusiawi—yang menangis bersama, bukan hanya mengajar dari atas mimbar.
Bagi kami di Indonesia, sebut PGI, kenangan akan Paus Fransiskus tak hanya melekat di kutipan dan doa, tapi dalam perjuangan lintas iman yang ia ilhami. Ia adalah sahabat spiritual bangsa ini—yang pernah menginjakkan kaki secara fisik di tanah air kami, dan menapakkan kasihnya dalam setiap pidato, ensiklik, dan gestur kerendahan hatinya.
Keluarga besar PGI menyampaikan belasungkawa terdalam kepada seluruh umat Katolik di Indonesia dan dunia. Kami berdoa agar warisan iman, pengharapan, dan cinta kasih Paus Fransiskus terus menyala, bukan sebagai monumen masa lalu, tetapi sebagai gerakan hidup, "Fratelli Tutti", kita semua bersaudara. Duka ini adalah duka bersama. Tapi dari duka yang dalam, bangkitlah cinta yang lebih dalam.
Dukacita Mendalam dari KWI
Mengutip dari ANTARA, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus meninggalkan pelajaran bagi kehidupan soal kemanusiaan dan kepedulian terhadap orang miskin.
"Ada begitu banyak ajaran-ajaran, yang sekarang dititipkan kepada kita, untuk diteruskan. Nilai-nilai Injil, cinta universal, persaudaraan, kepedulian pada lingkungan, teristimewa bela rasa, kepada orang-orang yang miskin dan orang-orang yang terpinggirkan," katanya dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (21/4/2025).

Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin. (Foto: ANTARA/Sulthony Hasanuddin/foc).
Sedangkan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma menyebutkan, momen wafatnya Paus bertepatan saat seluruh perayaan Liturgi Paskah 2025 di seluruh dunia berjalan lancar.
Paus wafat di saat sudah memastikan bahwa perayaan Liturgi Paskah seluruh dunia berjalan dengan lancar, dan semua umat Katolik seluruh dunia merayakan kebangkitan dengan kegembiraan.
"Lalu beliau pamit meninggalkan kita semua dalam kondisi kita sudah selesai Paskah," katanya.
Gusma juga menyebutkan umat Katolik merasa kehilangan sosok pemuka agama yang dikenal dengan kesederhanaanya.
"Tentu saat ini, kami merasa dukacita yang mendalam kehilangan sosok tokoh manusia yang menjadi panutan, kesederhanannya, keberpihakan terhadap orang miskin tersingkir, mau turun langsung ke wilayah konflik dan lainnya," kata Gusma.
Gusma juga menceritakan pengalamannya ketika bertemu langsung dengan mendiang Paus saat dirinya bersama organisasi pemuda lintas agama bertemu pada Agustus 2024.
"Saat bertemu dengan rekan-rekan dari Indonesia, Bapak Suci benar-benar teduh, menyalami satu-satu melihat kita dan memberkati, sunggu berkesan untuk kita," kata Gusma.
Saat itu, Paus menandatangani Piagam Jakarta-Vatikan bersama organisasi pemuda lintas agama Indonesia, bertema "Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia".
Belasungkawa PP Muhammadiyah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga turut menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Paus merupakan tokoh yang humanis, sederhana dan penebar damai di ranah global.
“Ketika kami bertemu langsung beliau di Vatikan pada 24 Februari 2024 lalu dalam rangka menerima Zayed Award for Human Fraternity, penerimaannya penuh persaudaraan, penyantun, bahkan diselingi humor yang hangat,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (21/4/2025).
Haedar menyebut, Paus Fransiskus merupakan sosok yang dikenal bersahaja dengan slogan "Miserando atque eligendo" atau "Rendah Hati dan Terpilih".
“Paus Fransiskus dikenal tokoh inklusif serta menggalang semangat kemanusiaan dan perdamaian untuk semua. Bersama Grand Syaikh Al-Azhar Ahmad At-Thayib, Paus Fransiskus menerima Zayed Award yang pertama. Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama penerima Zayed Award tahun 2024, yang menjadikan kami diterima Paus di Vatikan dan Grand Syaikh Al-Azhar di Abu Dhabi saat itu,” ujar Haedar.

Kenangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir bersama Paus Fransiskus. (Foto : Humas PP Muhammadiyah)
Haedar mengungkapkan, wafatnya Paus ini menjadi suatu kehilangan akan tokoh dan pemimpin utama Katholik yang hidupnya diabadikan untuk kehidupan kemanusiaan yang religius, saling toleran dan menyayangi serta menegakkan perdamaian untuk dunia.
“Semoga inspirasi dan jejak Paus Fransiskus untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia menjadi salah satu pendorong terciptanya tatanan dunia damai yang masif dan autentik ketika panggung global saat ini masih diwarnai oleh perangai sebagian tokoh politik dunia yang ugal-ugalan dan anti-damai,” tutup Haedar.
Nahdlatul Ulama Ikut Sampaikan Belasungkawa
Mengutip dari nu.or.id, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengucapkan belasungkawa atas wafatnya pimpinan tertinggi umat Kristen Katolik Paus Fransiskus.
"Atas nama Jam'iyah Nahdhatul Ulama saya menyampaikan duka cita yang teramat dalam atas berpulangnya Sri Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025," jelasnya.
Gus Yahya mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus telah menjadi pengasuh dan pembela kemanusiaan tanpa memandang latar belakang individu semasa memimpin Umat Katolik.
"Sri Paus Fransiskus telah tanpa kenal lelah menghadirkan gereja Katolik sebagai pengasuh dan pembela kemanusiaan. Uluran kasih sayang beliau kepada umat manusia tanpa membedakan latar belakang apapun adalah teladan paripurna," ucap Gus Yahya.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bersama Paus Fransiskus. (Foto: ANTARA/HO-PBNU/am).
Gus Yahya mengapresiasi kebijakan yang dibuat oleh Paus Fransiskus selama memimpin dengan bersama-sama menandatangani piagam persaudaraan manusia dengan Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad ath-Thayyib.
"Inisiatif beliau untuk bersama-sama Syekh Al-Azhar Ahmad ath-Thayyib untuk menandatangani Piagam Persaudaraan Kemanusiaan atau Wastiqah al-Ukhuwah al-Insaniyah adalah ikon dari perjuangan kemanusiaan di tengah gejolak yang tidak mudah," tuturnya.
Gus Yahya akan terus berkomitmen membersamai gereja Katolik untuk terus melanjutkan perjuangan Paus Fransiskus untuk umat Manusia.
"Nahdhatul Ulama akan menyertai gereja katolik dan segenap umat manusia untuk melanjutkan semangat dan perjuangan yang telah ditinggalkan oleh Sri Paus Fransiskus dalam mengasuh dan membela kemanusiaan itu," jelasnya.
Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun
Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dalam usia 88 tahun.
Menurut laporan Vatican News, Kardinal Kevin Farrell mengumumkan bahwa Paus Fransiskus meninggal di kediamannya pada 7.35 pagi waktu Vatikan.
"Hidupnya telah dibaktikan bagi melayani Tuhan dan Gereja. Beliau telah mengajarkan kita supaya hidup dengan nilai-nilai Injil dengan iman, keberanian, dan cinta kasih bagi semua, terutama kepada mereka yang paling miskin dan terpinggirkan," kata Kardinal Farrell.
Pada awal Februari 2025, Paus Fransiskus dirawat di Rumah Sakit Gemelli setelah menderita bronkitis selama beberapa hari. Kondisi klinis pemimpin Gereja Katolik tersebut semakin memburuk, dan pada Selasa (18/2/2025),
Paus didiagnosis menderita pneumonia bilateral. Paus Fransiskus akhirnya pulang ke kediamannya setelah dirawat selama 38 hari.

Umat Katolik berdoa di depan gambar Paus Fransiskus sebelum mengikuti misa harian di Gereja Katedral, Jakarta, Senin (21/4/2025). Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus wafat pada usia 88 tahun di kediamannya pukul 7:35 pagi waktu Vatikan. (Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto/Spt).
Pada April 2024, Paus Fransiskus dilaporkan menyetujui pembaruan pada buku liturgi untuk prosesi pemakaman kepausan yang akan memandu Misa pengebumian Paus yang akan diumumkan kemudian.
Edisi kedua Ordo Exsequiarum Romani Pontificis mencantumkan sejumlah elemen baru, termasuk bagaimana jasad sang Paus ditangani setelah meninggal.
Prosedur baru juga mencantumkan supaya jasad sang paus dipastikan kondisinya di kapel setelah meninggal dunia dan segera ditempatkan di peti mati.
Uskup Agung Diego Ravelli juga menyatakan, Paus Fransiskus telah menginstruksikan penyederhanaan prosesi pemakaman.
Baca juga:
- Belajar dari Paus Fransiskus: Sosok Sederhana Penebar Kedamaian
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!