INDONESIA

Cina Mengambil Alih Pelabuhan Penting di Pakistan

Cina baru-baru ini mengambil alih pelabuhan Gwadar di Provinsi Balochistan Pakistan.

AUTHOR / Shadi Khan Saif & Mudassar Shah

Cina Mengambil Alih Pelabuhan Penting di Pakistan
Pakistan Port, Shadi Khan Saif & Mudassar Shah, Gwadar, Balochistan, China Investment

Cina baru-baru ini mengambil alih pelabuhan Gwadar di Provinsi Balochistan Pakistan.

Pelabuhan ini terletak di ujung teluk di Laut Arab, yang dilewati 30 persen pasokan minyak dunia setiap hari.

Pemerintah Pakistan berharap pelabuhan ini bakal menciptakan lapangan kerja bagi provinsi termiskin di negeri itu.

Tahap pertama pembangunan Pelabuhan Gwadar belum selesai – belum ada jaringan rel kereta api sehingga truk menjadi satu-satunya kendaraan yang bisa mendistribusikan barang.

Di pangkalan truk, para supir sedang beristirahat minum teh.

Supir truk Ahmad Baloch sangat berharap pada proyek pelabuhan ini.

“Kami berharap dapat tambahan pekerjaan. Buruh miskin seperti saya sangat gembira dengan proyek ini. Kami tidak ingin memisahkan diri dari negara ini.”

Proyek pembangunan Pelabuhan Gwadar diangap yang terbesar di Pakistan. Tapi pelabuhan ini berada di provinsi yang tidak stabil secara politik.

Selama bertahun-tahun Balochistan diganggu aksi kekerasan. Kelompok-kelompok separatis bersenjata berulang kali menyerang pos militer Pakistan dan menyabotase jalur pipa minyak dan gas.

Gwadar diharapkan menjadi fasilitas penyimpanan dan transporatsi strategis serta menjadi jalan dan jalur kereta api yang menghubungkan Pakistan dengan Cina.

Tapi tidak ada informasi yang cukup banyak soal manfaat pelabuhan itu bagi masyarakat setempat.

Direktur Pemberitaan Baloch TV, Owais Baloch, yakin ini menciptakan banyak kesalahpahaman.

“Balochistan telah lama diabaikan karena kurangnya kepercayaan dari pemerintah. Tapi jika proyek ini selesai tepat waktu, masyarakat akan dapat pekerjaan dan daerah ini akan berkembang.”

Cina menyediakan sebagian besar dana proyek ini, dengan investasi awal mencapai 3 triliun rupiah.

Bekas Direktur Pelabuhan, Kapten Anwar Shah, mendukung keputusan pemerintah untuk menyerahkan menajemen pelabuhan kepada Cina.

“Bagi saya sebagai seorang profesional, sepertinya ini akan menjadi koridor energi untuk Cina Barat. Bagi orang Cina, ini untuk kepentingan mereka. Cina mengimpor 60 sampai 80 persen minyaknya. Seperti India, Cina sangat butuh bahan bakar, begitu juga kami. Kita butuh mengamankan sumber energi kita.”

Pelabuhan itu adalah pijakan pertama Cina di Timur Tengah.

Para pemimpin nasionalis Baloch melihat proyek ini sebagai upaya lain tentara Pakistan untuk mendominasi tanah air mereka dan mencuri kekayaan mineralnya.

Abdul Hakeem Lehri, pemimpin senior Partai Republikan Baloch, salah satu partai utama yang memperjuangkan kemerdekaan.

“Dengan tekanan militer, pelabuhan itu diserahkan kepada Cina. Dan ada upaya untuk membawa pipa gas dari Iran. Ini negara pura-pura. Untuk berapa lama tentara akan melindungi ini.”

Enam insinyur Cina dibunuh milisi Baloch saat pelabuhan masih dalam tahap pembangunan.

Di masa lalu, Cina terlibat dalam proyek emas dan tembaga tapi banyak penduduk lokal mengatakan tidak ada imbal balik Cina pada masyarakat lokal yang miskin.

Seorang pengusaha properti, Iqbal Ahmad Baloch, mengatakan masyakat butuh lebih banyak pekerjaan. 

“Bagi saya, Cina itu negara yang tamak. Dia tidak akan bekerja untuk kepentingan orang lain, hanya peduli dengan kepentingannya. Cina harus meningkatkan citranya dan harus menunjukkan kalau mereka tidak sekedar negara pengeskpor produk kelas tiga saja.”

Sementara asisten supir truk Waja Majeed mengatakan, tidak ada yang menentang pembangunan pelabuhan ini.

“Kami ingin bekerja dan menghasilkan uang bagi keluarga.”







Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!