NUSANTARA
Bencana Banjir Rusak Seribuan Hektare Tambak di Aceh Utara
"Mungkin ini menjadi usaha Kita untuk mengajukan, apakah itu nanti akan mendapat bantuan atau bagaimana selanjutnya,”
AUTHOR / Erwin Jalaludin

KBR, Aceh Utara– Seribuan hektare areal pertambakan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, rusak porak-poranda diterjang bencana alam banjir. Kerugian yang dialami petani tambak ditaksir mencapai sekitar Rp12,5 miliar.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Utara, Syarifuddin mengatakan, dampak tambak yang terkena banjir itu diyakini akan terus bertambah, karena sedang dilakukan pendataan oleh petugas penyuluh dan kepala desa.
Kata Dia, rata-rata usia biota perikanan itu 1-1,5 bulan hingga masa panen, seperti jenis udang vaname, bandeng, nila dan mujair.
”Kita mendapat instruksi untuk dilakukan pendataan, semua kerugian nelayan untuk didata dan pembudidaya dilaporkan seluruhnya. Kita laporkan ke Posko Bencana Alam, mungkin ini menjadi usaha Kita untuk mengajukan, apakah itu nanti akan mendapat bantuan atau bagaimana selanjutnya,” kata Syarifuddin kepada KBR, Selasa (11/10).
Ia menambahkan, dampak banjir itu menyebabkan petani tambak terpaksa menganggur lantaran kehilangan sumber mata pencaharian.
Syarifuddin, Dinas Perikanan sudah melaporkan data sementara pertambakan yang rusak itu ke Posko darurat Penanggulangan Banjir Aceh Utara, guna diupayakan bantuan melalui Pemprov Aceh dan Pemerintah Pusat.
Berita terkait:
Boat Rusak
Sedikitnya lima sampan milik nelayan Aceh Utara juga mengalami rusak parah setelah terseret arus banjir. Armada nelayan untuk menjaringkan ikan itu sebelumnya bersandar di muara sungai hingga terdampar jauh ratusan meter ke arah lautan lepas.
Kondisi perahu nelayan ini sudah memprihatinkan, karena rusak parah dan patah. Ia berharap, Pemerintah dapat membantu menanggulangi dampak bencana alam tersebut.
Editor: Rony Sitanggang
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!